9 Kiat Mendorong Publikasi Luaran Penelitian untuk Meningkatkan Akreditasi Perguruan Tinggi 

publikasi luaran penelitian untuk meningkatkan akreditasi

Memaksimalkan kuantitas dan kualitas publikasi luaran penelitian untuk meningkatkan akreditasi adalah hal penting. Sebab meraih akreditasi yang tinggi merupakan hal wajib bagi semua perguruan tinggi di Indonesia. 

Lewat nilai akreditasi yang memuaskan, maka sebuah perguruan tinggi mendapat jaminan dan pengakuan kualitas. Sehingga menjadi perguruan tinggi yang terpandang, mumpuni, dan menjadi pilihan oleh masyarakat untuk melanjutkan pendidikan. 

Ada banyak upaya untuk meraih nilai akreditasi yang memuaskan. Salah satunya dengan memaksimalkan kuantitas atau jumlah publikasi ilmiah. Baik yang disusun dan dipublikasikan dosen maupun mahasiswa. Berikut penjelasan detailnya!

Luaran Penelitian dalam Bentuk Publikasi Ilmiah 

Sebelum membahas mengenai publikasi luaran penelitian untuk meningkatkan akreditasi. Maka penting untuk membahas dulu beberapa hal mendasar. Yakni mengenai apa itu luaran dan bagaimana bisa berdampak pada proses penilaian akreditasi. 

Mengutip dari website resmi Politeknik Negeri Nunukan (PNN), luaran penelitian adalah semua luaran dari kegiatan penelitian berupa. Luaran penelitian juga sering disebut sebagai hasil penelitian. 

Namun, hasil penelitian sendiri pada dasarnya berbeda dengan luaran penelitian. Hasil penelitian bisa dalam bentuk teori, solusi, mesin dengan teknologi lebih terkini, dan sebagainya. 

Berbeda dengan luaran penelitian yang mengacu pada proses publikasi atau  penyebarluasan hasil penelitian tersebut. Jika hasil penelitian berupa teori A maka disusun menjadi artikel ilmiah dan dipublikasikan ke jurnal ilmiah. Publikasi ini yang disebut luaran penelitian. 

Luaran penelitian sendiri bukan hanya jurnal ilmiah. Melainkan ada lebih banyak lagi. Seperti artikel pada prosiding, tulisan di media massa, produk/jasa yang diadopsi oleh industri/masyarakat, HKI, teknologi tepat guna, produk, karya seni, rekayasa sosial, dan buku ber ISBN.

Setiap dosen dan mahasiswa yang melakukan penelitian, kemudian bebas memilih jenis luaran yang akan dicapai. Namun, khusus untuk mahasiswa biasanya tetap wajib memperhatikan kebijakan dari perguruan tinggi. 

Peran Publikasi Ilmiah dalam Meningkatkan Akreditasi 

Bicara mengenai luaran penelitian, maka memiliki kaitan dengan proses akreditasi. Akreditasi secara sederhana adalah proses penilaian suatu lembaga atau institusi pendidikan mengacu pada standar dari pemerintah. 

Akreditasi di Indonesia mencakup juga di bidang pendidikan. Pada pendidikan tinggi, proses akreditasi dilakukan oleh BAN-PT dan mencakup akreditasi institusi serta akreditasi program studi. Nilai akreditasi inilah yang menjadi cermin kualitas pendidikan sebuah PT. 

Dalam proses penilaian akreditasi, BAN-PT maupun LAM yang diakui pemerintah akan mengikuti daftar indikator penilaian. Indikator penilaian ini terbagi menjadi 9 poin seperti yang tertera pada website resmi BAN-PT, yaitu: 

  • Kriteria 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi
  • Kriteria 2 Tata Pamong, Tata Kelola, dan Kerjasama
  • Kriteria 3 Mahasiswa
  • Kriteria 4 Sumber Daya Manusia
  • Kriteria 5 Keuangan, Sarana dan Prasarana
  • Kriteria 6 Pendidikan
  • Kriteria 7 Penelitian
  • Kriteria 8 Pengabdian kepada Masyarakat
  • Kriteria 9 Luaran dan Capaian Tridharma

Penjelasan 9 Poin Indikator

Dari 9 poin indikator penilaian dalam proses akreditasi tersebut, setidaknya ada 3 poin yang berkaitan erat dengan luaran penelitian, yakni dari kriteria ke-7 sampai ke-9. Mencakup penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan luaran dan capaian Tri Dharma. 

Jadi, publikasi luaran penelitian untuk meningkatkan akreditasi adalah hal yang tepat. Publikasi ilmiah yang merupakan luaran penelitian pada akhirnya ikut berkontribusi dalam mendongkrak nilai akreditasi perguruan tinggi. 

Sebab membantu PT tersebut untuk memenuhi 3 kriteria atau indikator penilaian sekaligus. Sehingga memperbesar peluang mendapatkan nilai akreditasi yang tinggi.

Sebagai informasi tambahan, luaran dalam bentuk publikasi ilmiah tidak hanya dihitung dari karya para dosen. Melainkan juga karya para mahasiswa, berikut penjelasanya: 

  1. Publikasi ilmiah mahasiswa, secara mandiri atau bersama dosen tetap, dengan judul yang relevan dengan bidang program studi. 
  2. Artikel karya ilmiah mahasiswa, secara mandiri atau bersama dosen tetap, yang disitasi. 
  3. Produk/jasa karya mahasiswa, secara mandiri atau bersama dosen tetap, yang diadopsi oleh industri/masyarakat. 
  4. Luaran penelitian dan PkM (Pengabdian kepada Masyarakat) dari mahasiswa, baik secara mandiri atau bersama dosen tetap.

Kiat Meningkatkan Publikasi Ilmiah di Perguruan Tinggi 

Memahami bahwa publikasi luaran penelitian untuk meningkatkan akreditasi adalah hal yang perlu dilakukan. Sebab memang memberikan efek signifikan pada peningkatan nilai akreditasi. Maka tidak berlebihan ketika sebuah PT berusaha memaksimalkan luaran penelitian. 

Ada banyak cara untuk memaksimalkan atau meningkatkan jumlah publikasi ilmiah, antara lain:

1. Melakukan Kolaborasi 

    Kolaborasi di bidang akademik memang terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja dan prestasi sebuah perguruan tinggi. Inilah alasan kenapa di dalam kebijakan MBKM, 8 IKU sangat berhubungan dengan kolaborasi. 

    Misalnya dalam IKU 3 Dosen Berkegiatan di Luar Kampus. Mendukung pencapaian IKU ini, maka perguruan tinggi perlu berkolaborasi agar dosen memiliki destinasi yang sesuai untuk berkegiatan di luar lingkungan kampus. 

    Kolaborasi ternyata juga efektif meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah. Misalnya pada kolaborasi penelitian lintas prodi, fakultas, sampai perguruan tinggi. Kolaborasi ini akan memudahkan jalannya penelitian dan mencapai luaran yang maksimal. 

    Para dosen yang berkolaborasi bisa mengurus lebih banyak jenis publikasi sebagai luaran penelitian. Misalnya, tidak hanya mengurus publikasi ke jurnal internasional tapi juga menerbitkan buku ber-ISBN. 

    Kolaborasi di sini tentu saja tidak hanya kolaborasi penelitian. Perguruan tinggi juga perlu berkolaborasi dengan pihak eksternal. Baik itu lembaga dan instansi pemerintah maupun perusahaan swasta di bidang industri. 

    Sebab mitra yang diajak bekerja sama bisa membantu mendukung pendanaan penelitian, kolaborasi dengan penerbit bisa memaksimalkan penerbitan buku, dan lain sebagainya. Sehingga kolaborasi akademik sangat luas dan tentunya selalu menguntungkan. 

    2. Pelatihan Academic Writing 

      Kiat yang kedua dalam meningkatkan jumlah publikasi ilmiah dalam meningkatkan nilai akreditasi adalah menggelar pelatihan academic writing. Academic writing secara sederhana adalah keterampilan menyusun karya tulis ilmiah. Baik itu artikel ilmiah, paper, makalah, buku ilmiah, dan lain sebagainya. 

      Menyusun karya tulis ilmiah memang tidak mudah, bahkan bisa lebih sulit daripada karya non ilmiah. Salah satu alasannya karena terikat oleh banyak aturan. Alasan lain, adalah karena harus menyampaikan fakta sehingga ada kebutuhan tinggi untuk memiliki referensi kredibel. 

      Oleh sebab itu, perguruan tinggi di Indonesia perlu mempertimbangkan melaksanakan academic writing. Baik yang diisi oleh dosen sendiri maupun dosen dari perguruan tinggi lain. Sehingga bisa memaksimalkan keterampilan menulis karya ilmiah untuk para dosen di bawah naungannya. 

      Jika keterampilan menulis karya ilmiah sudah meningkat dengan baik. Maka akan memberi kepercayaan diri kepada para dosen untuk menyusun karya ilmiah. Sehingga lebih produktif dan mendorong peningkatan jumlah publikasi ilmiah. 

      3. Workshop Penulisan Karya Ilmiah 

        Kiat ketiga dalam mendongkrak publikasi luaran penelitian untuk meningkatkan akreditasi adalah menggelar workshop penulisan karya ilmiah.

        Workshop kepenulisan memiliki arti penting dalam meningkatkan pemahaman para dosen mengenai karya tulis ilmiah. Selain itu juga meningkatkan keterampilan dosen dalam menulis karya tulis ilmiah. Baik artikel maupun naskah buku ilmiah. 

        Jadi, rutin menggelar workshop yang mengusung topik kepenulisan adalah hal yang tepat. Kegiatan ini juga bisa menjadi produk dari kolaborasi perguruan tinggi dengan penerbit maupun dengan pihak eksternal lainnya. 

        Semakin sering menggelar workshop dan mengusung topik sesuai kebutuhan dosen dalam meningkatkan jumlah publikasi ilmiah. Maka semakin mudah meningkatkan jumlah publikasi institusi. Hal ini akan mendorong peningkatan nilai akreditasi. 

        4. Menyelenggarakan Konferensi Ilmiah 

          Kiat yang keempat untuk mendukung peningkatan jumlah publikasi ilmiah adalah menggelar konferensi ilmiah. Konferensi ilmiah membantu para dosen melakukan publikasi dalam bentuk prosiding. 

          Konferensi ini sangat menguntungkan jika diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang menaungi dosen tersebut. Sebab membantu dosen mengikuti konferensi dengan lebih mudah. Sekaligus lebih hemat waktu, tenaga, dan juga biaya. 

          Konferensi bisa bertaraf nasional maupun internasional. Selain dengan biaya mandiri, PT juga bisa mengajukan dana bantuan atau mengikuti program hibah konferensi ilmiah. Misalnya di program Konferensi Ilmiah Internasional (BKII) sehingga bisa meringankan beban pembiayaan. 

          5. Menyediakan Fasilitas Pendanaan 

            Proses publikasi ilmiah dalam bentuk apapun umumnya tidak gratis. Meskipun untuk publikasi di jurnal, ada beberapa pengelola yang membebaskan biaya publikasi ke penulis. Namun paling sering adalah berbayar. 

            Kadangkala, kendala jumlah publikasi ilmiah tidak maksimal karena dosen terkendala masalah pendanaan. Apalagi jika dosen masih menerima gaji dan tunjangan yang minim. Maka akan semakin terasa terbebani. 

            Oleh sebab itu, sebagai salah satu kiat mendongkrak publikasi luaran penelitian untuk meningkatkan akreditasi. Maka perguruan tinggi perlu menyediakan fasilitas pendanaan yang memadai. 

            Misalnya dengan membuka program insentif, baik untuk publikasi ke jurnal, prosiding, maupun untuk biaya menerbitkan buku ber-ISBN. Insentif ini berasal dari dana internal suatu perguruan tinggi.

            Jadi, semakin sering memberikan insentif maka semakin tinggi jumlah publikasi ilmiah. Hal ini tentu bisa menjadi motivasi agar pengelola PT bisa menyiapkan dana internal untuk membuka program insentif publikasi ilmiah secara rutin. 

            6. Menyediakan Referensi Ilmiah Berkualitas 

              Salah satu kendala dalam menyusun karya tulis ilmiah adalah referensi yang sulit didapatkan. Sekalinya ada, bisa jadi masih terlalu sedikit dan dosen membutuhkan referensi lain untuk mendapat tambahan data. 

              Memilih dan mencari referensi ilmiah tidak selalu mudah untuk dilakukan. Sebab banyak sumber referensi ini sifatnya berbayar. Terutama database jurnal dengan reputasi baik, sebut saja seperti Scopus dan World of Science

              Mencoba berlangganan sendiri tentu berat karena memang mahal. Maka untuk mengatasi kendala ini, dosen membutuhkan dukungan dan bantuan dari PT. Oleh sebab itu, PT perlu memberikan akses berlangganan ke database bereputasi. 

              Semakin mudah para dosen mendapatkan referensi ilmiah sesuai kebutuhan dan bisa diakses kapan saja. Maka semakin mendukung kegiatan menulis karya ilmiah. Produktivitas dalam menulis dan mengurus publikasi ilmiah pun meningkat. 

              Selain memberikan akses ke database berbayar untuk mendapatkan referensi jurnal ilmiah kredibel. PT juga perlu melengkapi koleksi perpustakaan, baik daring (perpustakaan digital)  maupun luring. Menjalin kerjasama dengan penerbit bisa membantu, sebab bisa dibantu dalam pengadaan buku-buku. 

              7. Membentuk Tim Percepatan Publikasi Ilmiah 

                Kiat berikutnya yang bisa dilakukan PT dalam mendukung para dosen di bawah naungan untuk produktif melakukan publikasi ilmiah adalah membentuk tim khusus. Bisa disebut tim percepatan publikasi ilmiah atau diberi nama sesuai kebijakan masing-masing PT. 

                Tim ini akan bertugas memberi dampinga dan dukungan kepada para dosen. Sehingga bisa menjadi tempat para dosen mencari solusi ketika menghadapi kendala dalam proses penulisan sampai mengurus publikasi ilmiah. 

                Tim ini pula yang membantu dosen mendapatkan kesempatan mengasah keterampilan menulis. Misalnya lewat penyelenggaraan kegiatan workshop kepenulisan, pelatihan menulis artikel ilmiah, pelatihan menulis naskah buku ilmiah, dan lain sebagainya. 

                Sehingga, setiap kali dosen mengalami kendala untuk menulis dan mengurus publikasi bisa dibantu mencari solusi. Hal ini akan meringankan beban dosen dan meningkatkan produktivitas mereka dalam mengurus publikasi ilmiah. 

                8. Menyediakan Program Beasiswa 

                  Kiat selanjutnya dalam mendorong publikasi luaran penelitian untuk meningkatkan akreditasi adalah menyediakan beasiswa. Tidak sedikit perguruan tinggi di Indonesia dan juga di dunia menyediakan program beasiswa. Khususnya PT besar. 

                  Beasiswa ini bisa ditujukan untuk para dosen yang kebetulan belum studi sampai jenjang S3. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selama studi ditempuh di PT lain, maka membantu dosen memperluas jaringan akademik. 

                  Dalam masa studi tersebut, dosen bisa menjalin hubungan baik dengan promotor dan berkolaborasi di kemudian hari. Begitu juga dengan dosen lain yang sama-sama menempuh studi. Kolaborasi ini akan mendorong dosen semakin produktif menulis dan mengurus publikasi ilmiah. 

                  Jika memang belum bisa memberikan program beasiswa. Maka setidaknya pihak PT memberi informasi mengenai program-program beasiswa S3. Sehingga membantu dosen termotivasi untuk studi lanjut dan mengembangkan jaringan akademik serta keterampilan menyusun karya ilmiah. 

                  9. Mendorong Dosen Meraih Hibah Penelitian 

                    Kiat berikutnya yang bisa dicoba adalah mendorong dosen untuk meraih hibah penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. Meskipun ada dana internal dari PT untuk mendukung penelitian dan PkM dosen. 

                    Namun, harus diakui bahwa dengan menerima hibah dari pemerintah bisa disebut sebagai prestasi. Pasalnya, dosen harus bersaing dengan dosen lain untuk mendapatkan hibah tersebut. 

                    Hal ini bisa menjadi bukti bahwa proposal penelitian dosen adalah yang terbaik dari yang terbaik. Sehingga berdampak positif untuk reputasi dosen dan PT yang menaunginya. 

                    Mendapatkan hibah membantu dosen produktif melaksanakan penelitian dan PkM. Sejalan pula dengan peningkatan publikasi, karena umumnya hibah tersebut juga mencakup biaya-biaya mencapai target luaran. 

                    Selain beberapa kiat yang dijelaskan tersebut, tentunya masih banyak kiat lain yang bisa dicoba. Setiap perguruan tinggi perlu memberi dukungan penuh kepada para dosen untuk memaksimalkan kegiatan tri dharma. Hal ini akan ikut mendongkrak publikasi ilmiah. 

                    Mendukung peningkatan publikasi ilmiah sebagai upaya mendapat nilai akreditasi tinggi. Maka perguruan tinggi bisa menjalin kerjasama dengan pihak eksternal. Salah satunya adalah kerjasama dengan penerbit. 

                    Perusahaan penerbitan, seperti Penerbit Deepublish membantu menjalin kolaborasi yang profesional. Sehingga bisa menyelenggarakan lebih banyak kegiatan untuk mendorong peningkatan publikasi ilmiah. 

                    Seperti pengadaan buku untuk referensi ilmiah dosen, workshop kepenulisan, dampingan maupun konsultasi menulis buku, dan sebagainya. Kolaborasi dengan penerbit akan jauh lebih menguntungkan perguruan tinggi dalam memaksimalkan publikasi ilmiah. 

                    Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik publikasi luaran penelitian untuk meningkatkan akreditasi dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi penting dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.

                    Bagikan artikel ini melalui

                    Tinggalkan Komentar

                    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

                    Cari Artikel Lainnya