Seberapa Penting Dosen Ikut Workshop Penulisan Buku Monograf? 

workshop penulisan buku monograf

Membantu memenuhi kewajiban menerbitkan buku monograf, para dosen bisa aktif menjadi peserta workshop penulisan buku monograf. Menulis buku monograf diketahui tidak selalu mudah, khususnya bagi dosen pemula. 

Jika selama ini memang kurang suka membaca dan kurang terampil dalam menulis. Maka biasanya akan menjumpai lebih banyak kesulitan saat menulis buku pendidikan tersebut. Jika kesulitan ini dialami, maka jangan sampai sekedar berpangku tangan. 

Ada banyak cara bisa membantu dosen mengatasi kesulitan tersebut. Salah satunya dengan mengikuti workshop penulisan. Sehingga bisa lebih paham apa itu buku monograf dan bagaimana menyusunnya dengan mudah dan hasilnya memuaskan. 

Apa Itu Buku Monograf? 

Hal pertama yang dibahas dari topik workshop penulisan buku monograf, adalah definisi buku monograf itu sendiri. Dikutip melalui LPPM Universitas Riau (UNRI), dijelaskan bahwa buku monograf adalah tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik dalam satu bidang ilmu kompetensi penulis. 

Secara sederhana, buku monograf adalah buku ilmiah yang umumnya disusun dosen selaku ahli di suatu bidang keilmuan dan fokus pada satu topik di satu bidang keilmuan. Misalnya, dosen A adalah dosen psikologi. Maka dalam naskah buku monograf akan fokus di topik Gangguan Makan pada Anak. 

Jadi, tidak membahas topik lain selain Gangguan Makan tersebut. Sehingga memenuhi salah satu dari beberapa kriteria buku monograf. Mengacu pada  panduan Penilaian Angka Kredit (PAK) Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristekdikti/DIKTI). Dosen yang menerbitkan buku monograf berhak mendapat tambahan KUM 20 poin. 

Lewat definisi ini, maka bisa dipahami juga perbedaan signifikan antara buku monograf dan buku referensi. Dimana masih banyak dosen yang tertukar dalam mendefinisikan dua jenis buku ini. Buku monograf juga tidak berseri, sehingga terbit secara tunggal. 

Oleh Ditjen Dikti juga ditetapkan sejumlah aturan mengenai penulisan dan penerbitan buku monograf. Dikutip melalui website resmi Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin. Dijelaskan mengenai kriteria umum dan khusus dari buku monograf. 

Dilihat dari aspek kriteria umum, maka ada 5 kriteria wajib dipenuhi buku monograf tersebut. Yaitu: 

  • Memiliki ISBN
  • Tebal paling sedikit 40 (empat puluh) halaman cetak 
  • Ukuran : minimal 15,5 cm x 23 cm.
  • Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/Organisasi/Perguruan Tinggi. 
  • Isi tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan UUD 1945.

Jika dilihat dari kriteria khusus, maka ada sejumlah aturan yang harus dijadikan dasar oleh dosen dalam menyusun buku monograf. Diantaranya adalah: 

  • Substansi :satu hal dalam satu bidang ilmu
  • Memenuhi Kaidah penulisan ilmiah yang utuh (rumusan masalah, pemecahan masalah, dukungan teori mutakhir, kesimpulan dan daftar pustaka)
  • Dalam bentuk buku (referensi)
  • Disebarluaskan 
  • Tebal paling sedikit 40 halaman (15.5 cm x 23 cm)
  • Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/organisasi/PT 
  • Memiliki ISBN dan diedarkan (diterbitkan untuk diakses dengan mudah oleh publik)
  • Tidak menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 
  • Batas Kepatutan : 1 buku/tahun 
  • Angka Kredit Maksimal : 20. 

Bentuk Kesulitan dalam Menulis Buku Monograf 

Menulis buku monograf pada dasarnya tidak bisa disebut sebagai kegiatan yang mudah. Hal ini juga berlaku untuk penulisan buku jenis lainnya. Dimana memang akan dijumpai banyak kesulitan yang menghambat proses menulis tersebut. 

Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah sejumlah kesulitan yang dialami kebanyakan dosen saat menulis buku monograf: 

  1. Belum Memahami Buku Monograf 

Sumber kesulitan yang utama dalam menulis buku monograf adalah ketika dosen belum memahami buku monograf itu sendiri. Buku monograf harus dipahami dulu definisinya, ciri atau karakteristiknya, sampai aturan penulisan dan penerbitannya. 

Jika semua ini sudah dipahami, barulah proses menulis bisa dilakukan. Itupun, dosen perlu mencari tahu dulu bagaimana tahapan yang benar dalam menulis buku monograf. 

Sehingga ada proses belajar yang membutuhkan kesiapan waktu, tenaga, sampai biaya dari dosen yang bersangkutan. Sayangnya untuk memahami hal mendasar tentang buku monograf bisa jadi tidak mudah, sehingga menjadi kendala. 

  1. Kesulitan Menjelaskan Gagasan dalam Bentuk Tulisan

Bagi dosen yang selama ini tidak terbiasa menulis, maka biasanya akan kesulitan menuangkan gagasan menjadi tulisan. Sehingga gagasan atau ide tulisan mungkin sudah ada. Namun untuk dituangkan ke naskah buku monograf tidak selalu mudah. 

Bisa jadi, dosen memiliki perbendaharaan kata yang terbatas, pemahaman topik yang belum mendalam, kesulitan menyusun kalimat sampai paragraf pertama, dan sebagainya. Sehingga naskah sulit dikembangkan. 

  1. Waktu untuk Menulis yang Terbatas 

Keputusan menjadi dosen ternyata memberi kesibukan akademik yang sangat padat. Sebab selain mengajar, dosen masih harus melaksanakan penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan berbagai tugas tambahan serta tugas administrasi. 

Alhasil, waktu kerja dosen kadang melebihi jam kerja pada umumnya. Meskipun sangat fleksibel, ternyata banyak yang merelakan jam istirahat dan hari libur untuk tetap bekerja. Kondisi ini yang membuat dosen kesulitan menyisihkan waktu menulis buku monograf maupun buku pendidikan lainnya. 

  1. Kurang Percaya Diri Menulis Buku Monograf 

Kesulitan berikutnya adalah ketika dosen masih kurang percaya diri untuk menulis buku monograf. Menulis buku dan pada akhirnya harus diterbitkan memberi kesadaran bagi dosen jika karyanya akan dibaca banyak orang. 

Kadang kala ada perasaan khawatir tulisan yang dibuat sulit dipahami, tidak enak dibaca, dan cenderung tidak disukai pembaca. Ketakutan yang belum terjadi ini yang menurunkan rasa percaya diri dosen. Sehingga naskah sulit dikembangkan. 

  1. Kesulitan Mencari Referensi 

Meskipun perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sangat baik di era sekarang. Terutama dengan kehadiran internet. Namun, menemukan referensi untuk menulis buku ternyata bisa saja penuh tantangan. 

Apalagi untuk topik tertentu yang masih minim referensi dan belum banyak diteliti oleh peneliti dunia. Kondisi ini yang membuat buku monograf terasa sulit disusun oleh dosen. Sebab kesulitan menemukan referensi yang kredibel dan relevan. 

  1. Punya Sifat Malas 

Faktor internal yang berkaitan dengan sifat dosen juga sering menjadi sumber kesulitan dalam menulis buku monograf. Misalnya memiliki sifat malas dan cenderung terbiasa menunda pekerjaan. Alhasil, menulis satu judul monograf bisa memakan waktu berbulan-bulan. 

  1. Menghadapi Banyak Distraksi 

Kesulitan dalam menulis pada dasarnya sangat banyak. Bagi dosen, mengatasi distraksi dalam bentuk apapun bisa menjadi kesulitan tersebut. Sumber distraksi akan mencegah dosen fokus ke naskah monograf. 

Sehingga kesulitan untuk mengembangkan isi naskah, besar kemungkinan justru terbengkalai atau berhenti di tengah jalan. Oleh sebab itu, penting sekali untuk memahami cara manajemen distraksi. 

Misalnya memilih menurunkan distraksi dengan menjauhi segala hal yang berpotensi menjadi distraksi itu sendiri. Contohnya mematikan smartphone selama menulis, mengunci pintu ruang kerja saat menulis, dan lain sebagainya. 

Keuntungan Ikut Workshop Penulisan Buku Monograf 

Melalui penjelasan di atas, maka bisa diketahui jika menulis buku monograf tidak mudah. Tidak hanya satu, melainkan ada banyak sekali hambatan yang menghadang. Setiap dosen bahkan bisa berhadapan dengan beberapa diantaranya. 

Kondisi ini yang membuat dosen cukup sering kesulitan menyelesaikan satu judul buku monograf. Sehingga tidak produktif menerbitkan buku monograf yang pada akhirnya berdampak lebih luas. 

Jika mengalami kondisi serupa, maka usahakan tidak pasrah begitu saja. Ada banyak usaha bisa dilakukan untuk menemukan solusi terbaik. Salah satunya mengikuti kegiatan workshop penulisan buku monograf. 

Beberapa dosen mungkin menilai, ikut workshop tidak berdampak signifikan. Namun, jika dipelajari lebih mendalam, ternyata ada banyak manfaat bisa dipetik. Diantaranya adalah: 

  1. Membahas Buku Monograf Secara Eksklusif 

Keputusan dosen untuk menjadi peserta workshop penulisan buku monograf akan dibantu mendapatkan materi yang terfokus. Sehingga materi tersebut eksklusif, selain hanya fokus di topik buku monograf. Juga hanya diakses peserta workshop. 

Berbeda dengan materi di kegiatan lain, yang bisa diakses siapa saja. Materi di workshop dibuat khusus dan untuk peserta saja. Sehingga ilmunya hanya bisa didapatkan dan dimanfaatkan peserta. 

Hal ini membantu peserta tidak merasa rugi sudah meluangkan waktu dan tenaga untuk mengikuti workshop. Sehingga muncul motivasi untuk mengikuti workshop lain agar mengakses lebih banyak ilmu dan wawasan yang didesain eksklusif. 

  1. Didampingi Langsung oleh Mentor Ahli 

Belajar menulis buku monograf dan buku pendidikan lain memang sangat mungkin dilakukan mandiri. Namun, bagaimana jika sumbernya tidak kredibel? Bagaimana jika menghadapi kesulitan di tengah jalan? 

Anda tentu kesulitan mencari tempat untuk bertanya dan keterampilan menulis tidak berkembang pesat. Menjadi persoalan lain jika memilih belajar melalui ahlinya. Salah satunya melalui workshop penulisan buku monograf. 

Bersama dampingan langsung dari mentor yang sudah ahli dalam menulis dan menerbitkan buku monograf. Maka kredibilitas materi terjamin. Dosen pun bisa sharing dan mendapatkan masukan langsung sesuai kondisi dan kebutuhan. 

  1. Leluasa Bertanya dan Berkonsultasi dengan Mentor 

Keuntungan ketiga yang didapatkan jika belajar menulis buku monograf lewat workshop adalah leluasa bertanya. Bertemu langsung dengan mentor yang sudah ahli dan berpengalaman menulis buku tersebut. 

Tentu memberi peluang emas dan sangat lebar untuk bertanya langsung di sesi tanya jawab. Sehingga selain mendapat materi kredibel dari pakarnya, workshop juga membantu bertanya apapun sesuai kebutuhan. 

Anda tidak akan terikat oleh template dan bisa berinteraksi dengan mentor. Sehingga ada komunikasi dua arah yang memberi solusi dan jawaban yang benar-benar pas. Bandingkan jika belajar otodidak dari YouTube atau media lain. Dijamin tidak bisa bertanya dan terikat oleh isi konten yang sudah paten. 

  1. Bertemu Dosen Lain dan Bisa Sharing 

Jika ikut serta dalam kegiatan workshop penulisan buku monograf, maka dosen ada kesempatan bertemu dosen lain. Sehingga bisa saling berkomunikasi, berkenalan, dan sharing mengenai pengalaman menulis sampai menerbitkan buku monograf. 

Meskipun dosen tersebut satu naungan perguruan tinggi. Sangat mungkin selama ini belum ada komunikasi mendalam. Lewat workshop maka silaturahmi terjalin dan lebih dekat dari sebelumnya. 

Dampaknya, ada lebih banyak hal bisa dibahas bersama dan sukses bersama di dunia akademik. Sharing pengalaman dan berbagi solusi sejumlah hambatan menulis buku monograf. Djamin menjadikan momen ikut workshop lebih bernilai, karena mendapat materi lebih selain dari yang disampaikan mentor. 

  1. Mengakses Layanan dari Pihak Penyelenggara 

Workshop penulisan buku monograf tidak melulu diselenggarakan perguruan tinggi. Bisa juga oleh jasa penerbitan buku, lembaga, sampai kementerian yang dinaungi pemerintah. Sehingga workshop penulisan ini bisa dengan mudah ditemui. 

Jika workshop tersebut diselenggarakan sebuah penerbit, maka ada peluang bagi dosen untuk mengakses layanan penerbit tersebut. Bisa dengan lebih mudah atau bahkan lebih murah dengan promo, voucher diskon, dan sebagainya. 

Hal serupa juga berlaku jika workshop digelar perguruan tinggi dengan dukungan sebuah perusahaan penerbitan. Jadi, jangan ragu ikut workshop karena ada kesempatan mendapat akses lebih mudah dan murah dari jasa pihak penyelenggara. 

  1. Keterampilan Menulis Meningkat 

Workshop penulisan buku monograf juga memastikan dosen mampu meningkatkan keterampilan menulis. Sebab workshop diselenggarakan secara eksklusif dengan jumlah peserta yang lebih terbatas. Mentor pun bisa lebih fokus memperhatikan peserta. 

Selain itu, workshop biasanya diselenggarakan dalam beberapa hari. Sehingga materi yang disampaikan mentor lebih kompleks, mendalam, dan tentunya menyeluruh. Bahkan, mencakup praktek langsung menulis naskah buku monograf. 

Hal menarik lainnya, dengan adanya kesempatan bertanya ke mentor. Maka bisa mendapat informasi tambahan sesuai kebutuhan. Keterampilan menulis pun meningkat secara signifikan dibanding belajar secara otodidak. 

  1. Mengasah Keterampilan Lain yang Dibutuhkan Dosen

Selama mengikuti kegiatan workshop penulisan buku monograf, dijamin tidak hanya mendapat materi seputar topik utama. Mentor bisa saja sharing pengalaman, sharing pencapaian, dan sebagainya yang bisa memberi motivasi dan inspirasi. 

Selain itu, aa yang dibagikan mentor juga bisa membantu mengasah lebih banyak keterampilan. Seperti keterampilan manajemen waktu, menetapkan tujuan atau target, keterampilan bersosialisasi dengan peserta lain, dan lain sebagainya. 

Jadi, meskipun workshop tersebut berbayar. Biasanya peserta akan mendapatkan materi yang lebih mahal dibanding biaya menjadi peserta. Oleh sebab itu, mengikuti workshop penulisan buku sangat dianjurkan untuk para dosen. 

Kiat Menyelenggarakan Workshop di Kampus Sendiri 

Bagi para dosen yang kesulitan menemukan workshop penulisan buku monograf. Maka tidak perlu berkecil hati. Sebab ada peluang untuk mendukung perguruan tinggi menggelar workshop penulisan sendiri. 

Peluang ini diberikan oleh Penerbit Deepublish Jakarta yang hadir lebih dekat, cepat, dan tepat untuk memenuhi kebutuhan penulis di Jakarta dan sekitarnya. Dibuka program bertajuk Kerjasama Institusi yang membantu perguruan tinggi menggelar workshop penulisan dengan dukungan penuh dari penerbit.  

Lewat program ini, perguruan tinggi bisa menggelar workshop penulisan buku monograf sesuai kebutuhan para dosen yang dinaungi. Sehingga bisa meningkatkan produktivitas mereka dalam menerbitkan buku dan memaksimalkan skor akreditasi kampus. 

Kolaborasi yang terjalin juga memberi kesempatan bagi dosen di perguruan tinggi tersebut menjadi konsumen prioritas di Penerbit Deepublish. Sehingga mendapat layanan yang cepat dan profesional untuk semua jenis layanan yang disediakan. Mulai dari penerbitan, percetakan, pengurusan HAKI, konversi KTI, dan lain sebagainya. 

Bagaimana cara menjalin kerjasama dengan Penerbit Deepublish Jakarta? Caranya cukup mudah, Anda cukup mengajukan usulan kerjasama melalui tautan https://jakarta.penerbitdeepublish.com/kerja-sama-institusi-workshop-penerbitan-percetakan/. Selain itu, juga bisa berkunjung langsung ke alamat kantor penerbit. 

Jangan ragu menjalin kolaborasi dengan Penerbit Deepublish Jakarta. Sebab sudah berpengalaman menyediakan layanan penerbitan selama lebih dari 13 tahun. Sekaligus sudah berkolaborasi dengan puluhan perguruan tinggi di berbagai wilayah Indonesia. 

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik workshop penulisan buku monograf dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.

Bagikan artikel ini melalui

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cari Artikel Lainnya