4 Keuntungan Dosen Menggelar Workshop Penulisan Buku Ajar 

workshop penulisan buku

Salah satu kewajiban akademik dosen adalah menulis dan menerbitkan buku ajar. Sehingga cukup penting untuk mengikuti workshop penulisan buku ajar tersebut. Terutama bagi dosen yang mengalami banyak kesulitan saat menyusun buku ajar. 

Buku ajar termasuk dalam pelaksanaan kewajiban akademik pada tugas pendidikan. Dosen yang berhasil menerbitkan buku ajar sesuai standar. Maka akan mendapatkan tambahan KUM dan memperbesar kesempatan memenuhi BKD. 

Sayangnya, menulis buku ajar ternyata tidak semudah mengucapkannya. Apalagi untuk dosen yang belum terbiasa menulis. Ada baiknya untuk ikut serta atau bahkan menyelenggarakan workshop penulisan buku tersebut. Berikut penjelasan detailnya. 

Sekilas Tentang Buku Ajar 

Sebelum membahas apa dan bagaimana workshop penulisan buku ajar. Maka dibahas sekilas dulu mengenai buku ajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) buku adalah lembar kertas yang berjilid berisi atau kosong. 

Jenis buku kemudian sangat beragam, salah satunya dari kategori buku pendidikan. Buku pendidikan, beberapa ditulis oleh guru dan beberapa lagi ditulis oleh dosen. Buku pendidikan yang ditulis dosen mencakup buku ajar, monograf, referensi, dan book chapter (bunga rampai). 

Lalu, apa itu buku ajar? Dikutip dari website resmi Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin (UNISKA). Dijelaskan bahwa buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu matakuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan. 

Buku ajar yang ditulis oleh dosen disebut juga dengan istilah buku teks. Buku ini seringnya disusun dengan mengacu pada RPS (Rencana Pembelajaran Semester). Sehingga buku ini bisa dijadikan pegangan dosen maupun mahasiswa saat mengikuti perkuliahan. 

Buku ajar yang termasuk dalam buku pendidikan, praktis membuatnya menjadi buku ilmiah. Sehingga penulisan dan penerbitannya wajib mengikuti ketentuan yang berlaku. Aturan tersebut mencakup: 

  1. Diketik dengan komputer huruf Times New Roman (font 12) pada kertas ukuran A4 dengan jarak 1,5 spasi, beserta softcopy dalam CD.
  2. Jumlah halaman buku tidak kurang dari 200 halaman, tidak termasuk Prakata, Daftar Isi, dan Lampiran.
  3. Unsur buku yang harus ada: (1) Prakata, (2)Daftar Isi, (3) Batang tubuh yang terbagi dalam bab atau bagian, (4) Daftar Pustaka, (5) Glosarium, (6) Indeks (sebaiknya).
  4. Penulisan Buku Ajar termasuk dalam kegiatan melaksanakan pengajaran, yaitu mengembangkan bahan pengajarantahun. 
  5. Angka kredit 20 per buku
  6. Batas Kepatutan Buku Ajar/Buku Teks : 1 Buku/Tahun. 

Selain itu, agar buku ajar yang diterbitkan dosen diakui Ditjen Dikti dan menambah poin angka kredit. Yakni di angka 20 poin. Maka harus memenuhi kriteria berikut ini: 

  1. Memiliki ISBN 
  2. Tebal paling sedikit 40 (empat puluh) halaman cetak (khusus buku ajar setidaknya 200 halaman). 
  3. Ukuran : minimal 15,5 cm x 23 cm.
  4. Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/Organisasi/Perguruan Tinggi. 
  5. Isi tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan UUD 1945.

Berbagai Kesulitan dalam Menulis Buku Ajar 

Sebagai salah satu buku ilmiah dan buku pendidikan yang terikat sejumlah aturan. Maka tidak heran banyak dosen merasakan berbagai hambatan atau kesulitan dalam menyusunnya. 

Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa bentuk kesulitan yang umum dihadapi dosen saat menyusun buku ajar: 

  1. Kesulitan Menyampaikan Gagasan dalam Bentuk Tulisan 

Salah satu kesulitan yang dialami sebagian besar dosen dalam menulis buku ajar adalah menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan. Menyampaikan suatu gagasan atau ide secara lisan, dipandang lebih mudah. Sebab tinggal disampaikan. 

Namun, menyampaikannya dalam bentuk tulisan tentu menjadi persoalan lain. Sebab berhadapan dengan tuntutan untuk disusun menjadi kalimat efektif, kalimat memakai tanda baca yang sesuai, maknanya harus jelas, harus memakai kosakata baku, dan sebagainya. 

Banyak dosen mengalami kesulitan untuk menyampaikan gagasan tersebut ke dalam naskah buku ajar. Sehingga kesulitan untuk menyusun kalimat pertama sampai paragraf pertama maupun pengembangannya. 

  1. Keterbatasan Perbendaharaan Kata 

Kesulitan berikutnya yang sering dialami dosen saat menulis buku ajar adalah perbendaharaan kata yang terbatas. Salah satu senjata seorang penulis adalah menguasai banyak kosakata dan paham pemakaiannya dalam kalimat agar sesuai konteks. 

Namun, tidak semua orang memiliki perbendaharaan kata yang cukup. Apalagi dosen yang lebih dominan menulis karya ilmiah seperti artikel. Maka saat mengubah gaya bahasa artikel ilmiah ke naskah buku, biasanya sering tersendat. 

Kendala ini juga umum dialami para dosen yang belum memiliki budaya membaca. Oleh sebab itu, ada kesulitan untuk menyusun kalimat dengan pemilihan kosakata yang tepat. Alhasil, naskah sulit untuk dikembangkan dan butuh waktu lebih lama untuk diselesaikan. 

  1. Kurang Paham Penggunaan Kata 

Kesulitan ketiga dalam menyusun buku ajar adalah dosen yang masih kurang paham penggunaan kata. Misalnya bagaimana aturan dan cara menggunakan preposisi seperti kata “di” dan “ke”. Contoh lainnya, mengenai aturan penggunaan konjungsi (kata hubung). 

Pemahaman aturan bahasa yang mengacu pada EYD, pada akhirnya menentukan mudah tidaknya menulis naskah buku ajar. Hal ini juga berlaku untuk buku pendidikan jenis lainnya. 

Apalagi untuk dosen nonsastra, maka biasanya akan fokus pada keilmuan yang ditekuni sejak jenjang Sarjana. Dimana mayoritas tidak terlalu detail memperhatikan aspek kebahasaan. Alhasil, ada kesulitan dalam menggunakan sejumlah jenis kata agar baku dan sesuai ketentuan. 

  1. Kesibukan yang Tinggi 

Kesulitan dalam menulis buku ajar juga sering disebabkan oleh kesibukan dosen yang tinggi. Sekilas, seorang dosen terlihat santai karena dipandang hanya sibuk mengajar beberapa jam saja dalam sehari. 

Aktualnya, setelah mengajar, dosen berhadapan dengan lebih banyak agenda akademik yang waktu pengerjaannya fleksibel. Saking fleksibelnya, dosen harus rela memanfaatkan jam tidur sampai tanggal merah untuk mengerjakannya. 

Kesibukan melaksanakan tri dharma dan tugas penunjang seringkali menghambat dosen untuk menulis. Kondisi akan lebih parah jika dosen belum paham bagaimana manajemen waktu yang baik. Sehingga naskah buku ajar sering terbengkalai. 

  1. Punya Rasa Malas yang Besar 

Faktor internal harus diakui memiliki dampak signifikan pada kemampuan dan kemauan menulis dosen. Bagi dosen yang memang punya sifat disiplin yang tinggi. Biasanya tidak ada masalah punya kesibukan menulis dan menerbitkan buku. 

Namun, akan menjadi sebaliknya untuk dosen yang memang cenderung malas dan suka menunda pekerjaan. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan evaluasi agar bisa mengatasi sifat malas yang menghalangi kewajiban menulis buku ajar. 

  1. Terlalu Khawatir dengan Aturan Menulis Buku Ajar 

Hal berikutnya yang sering menjadi kendala bagi dosen untuk menulis buku ajar adalah khawatir dengan semua aturan yang menyertainya. Seperti penjelasan di awal, ada beberapa standar dan kriteria aar buku ajar diakui. 

Tidak semua dosen bisa menghadapi aturan ini dengan santai. Beberapa memikirkannya sampai berlarut-larut dan merasa terbebani. Alhasil, aturan-aturan ini justru menjadi penghambat untuk dosen menyelesaikan naskah buku ajar. 

  1. Kurang Percaya Diri untuk Menulis 

Pada saat orang belum terbiasa, maka biasanya akan takut dan rendah diri. Hal ini juga sering dialami dosen saat pertama kali menulis buku. Yakni menjadi tidak percaya diri jika mampu menulis buku sesuai ketentuan. Hal ini yang tanpa sadar menjadi sandungan bagi dosen untuk menulis buku ajar. 

Pentingnya Ikut Workshop Penulisan Buku Ajar 

Memahami bahwa menulis buku ajar memberikan banyak sandungan. Terutama bagi dosen yang belum terbiasa menulis buku dan mengurus penerbitan. Maka ada baiknya mengikuti kegiatan workshop penulisan buku ajar. 

Workshop penulisan ini bisa didapatkan informasinya dari berbagai sumber atau media. Baik itu website, media sosial, informasi dari rekan sejawat, dan lain sebagainya. Jika beruntung, perguruan tinggi yang menaungi dosen  adalah penyelenggara workshop tersebut. 

Lalu, seberapa penting ikut serta dalam kegiatan workshop penulisan buku ajar? Workshop yang membahas seluk-beluk penulisan buku ajar memberi banyak manfaat bagi dosen. Diantaranya adalah: 

  1. Semakin Paham Apa dan Bagaimana Menulis Buku Ajar 

Menulis buku ajar tentu tidak familiar bagi orang awam, maupun pemilik profesi tertentu. Sebab secara umum menjadi salah satu kewajiban akademik dosen di Indonesia. Maka wajar banyak yang tidak paham apa itu buku ajar dan bagaimana menyusunnya. 

Dosen pemula yang mengalami masalah ini bisa mendapatkan solusi setelah ikut workshop penulisan. Sebab akan dibantu mentor untuk memahami apa itu buku ajar, semua aturan penulisan, cara menyusun naskah, mengurus penerbitan, dll. 

  1. Mendapat Bimbingan Langsung dari Mentor 

Belajar menulis buku ajar, memang sangat mungkin dilakukan secara mandiri. Apalagi pihak perguruan tinggi biasanya juga menyediakan buku panduan kepenulisan. Namun, sebaik-baiknya belajar mandiri tentu lebih baik jika ada mentor. 

Mentor ini tidak hanya memberi penjelasan mengenai apa itu buku ajar dan strategi menyusunnya. Melainkan juga memberi bimbingan langsung kepada dosen agar memahami hambatan yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya. 

Setiap dosen tentu memiliki hambatan tersendiri dan wajib diselesaikan sesuai kondisi dan kebutuhan. Tanpa bimbingan dan dampingan mentor, seorang dosen memerlukan waktu lebih lama mengatasi hambatan tersebut. 

  1. Keterampilan Menulis Berkembang 

Pada dasarnya, hambatan atau kesulitan dalam menulis buku ajar sebagian besar disebabkan karena keterampilan menulis yang belum maksimal. Hal ini lebih sering dialami oleh dosen yang sebelumnya tidak pernah menulis, terutama buku. 

Ikut serta dalam workshop penulisan buku ajar membantu dosen mengasah dan mengembangkan keterampilan menulis. Sehingga dari yang kesulitan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, setelahnya bisa dilakukan dengan sangat mudah. 

  1. Menambah Wawasan di Dunia Kepenulisan 

Ikut serta dalam kegiatan workshop kepenulisan buku ajar juga membantu menambah wawasan. Sebab bisa saling sharing dengan sesama peserta. Sampai mendapat masukan dari mentor workshop tersebut. 

Sehingga bisa tahu bagaimana tips dan trik menyusun buku ajar. Bagaimana strategi menyelesaikan satu naskah dalam waktu beberapa bulan saja. Bagaimana tetap menulis di tengah gempuran kesibukan akademik, dan lain sebagainya. 

  1. Memperluas Jaringan 

Bagi dosen, memiliki jaringan yang luas tentu dianggap penting. Sebab lewat jaringan inilah akses informasi dan kesempatan akademik terbuka lebih lebar. Ikut serta dalam sebuah workshop bisa membantu memperluas jaringan dosen. 

Sebab dalam kegiatan tersebut, dosen bisa bertemu dan saling sharing dengan dosen lain. Sehingga peluang untuk mendapat informasi penting seputar dunia akademik terbuka lebar. Begitu juga peluang menjalin kolaborasi di masa mendatang. 

  1. Mendapatkan Sertifikat 

Arti penting berikutnya dari ikut serta kegiatan workshop penulisan buku ajar adalah bisa mendapatkan sertifikat. Sehingga bisa menjadi bukti bahwa dosen memang ikut serta dalam workshop tersebut. Tidak tertutup kemungkinan sertifikat ini akan dibutuhkan dosen untuk suatu keperluan. 

Kiat Dosen Menggelar Workshop Penulisan Buku Ajar 

Melalui penjelasan di atas, tentunya semakin menyadari pentingnya ikut serta dalam kegiatan workshop penulisan buku ajar. Selain menunggu ada penyelenggaraan kegiatan tersebut. Para dosen di Indonesia juga bisa menjadi penggagas. 

Para dosen bisa memanfaatkan program Kerjasama Institusi dari Penerbit Deepublish Jakarta. Dalam program tersebut, bisa dipilih kerjasama untuk menyelenggarakan workshop penulisan buku pendidikan. Baik itu buku ajar, monograf, referensi, maupun book chapter. 

Jadi, dengan program ini, para dosen berkesempatan mendukung perguruan tinggi yang menaunginya menggelar workshop kepenulisan. Tujuannya agar semua dosen di bawah naungan PT tersebut bisa mendapat bimbingan, ilmu, dan wawasan lebih luas tentang proses menulis dan menerbitkan buku ajar. 

Keuntungan Menggelar Workshop Penulisan Sendiri 

Menjalin Kerjasama Institusi dengan Penerbit Deepublish Jakarta membantu mendapatkan banyak keuntungan. Berikut beberapa diantaranya: 

  1. Topik Sesuai Kebutuhan 

Keuntungan yang pertama dari menggelar workshop sendiri adalah memastikan topik sudah sesuai kebutuhan. Jika dosen selama ini kesulitan menemukan workshop yang fokus membahas buku ajar. 

Maka bisa menjalin kerjasama dengan Penerbit Deepublish Jakarta untuk menggelar workshop yang fokus ke buku ajar. Kesesuaian ini akan membantu dosen mendapatkan ilmu, wawasan, dan keterampilan lebih dalam menyusun buku ajar tanpa hambatan. 

  1. Materi yang Dijamin Tepat dan Berkualitas 

Tak hanya membantu menemukan workshop dengan topik sesuai kebutuhan. Materi yang disampaikan di workshop yang digelar sendiri juga bisa dipastikan lebih sesuai kebutuhan para dosen. 

Misalnya, sudah paham standar aturan penulisan dan penerbitan buku ajar. Maka para dosen bisa meminta materi membahas mengenai kendala dalam menulis buku ajar saja, atau disesuaikan kebutuhan. Sehingga isi workshop tersebut tepat manfaat. 

  1. Biaya Lebih Terjangkau 

Jika Anda mengikuti workshop yang diselenggarakan pihak lain, maka biasanya akan membayar biaya secara mandiri. Meskipun bisa juga difasilitasi oleh perguruan tinggi. Namun, besaran biayanya tentu lumayan. Apalagi untuk workshop yang durasinya panjang. 

Bandingkan jika workshop digelar sendiri oleh perguruan tinggi yang menaungi dosen. Maka biayanya bisa lebih terjangkau. Apalagi jika dari pihak mitra memberikan penawaran atau promo menarik. 

  1. Akses Mudah ke Berbagai Layanan Mitra Kerjasama 

Keuntungan lain yang bisa didapatkan adalah akses lebih mudah ke berbagai layanan mitra kerjasama. Dimana mitra disini adalah Penerbit Deepublish Jakarta. Sehingga dosen di bawah naungan PT yang bermitra bisa mengakses semua layanan penerbit dengan penawaran istimewa. 

Misalnya mendapatkan harga khusus untuk proses penerbitan buku ajar yang disusun para dosen, diskon untuk penggunaan jasa cetak buku, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Jadi, jangan ragu untuk mengajukan kerjasama dengan Penerbit Deepublish Jakarta. Sehingga dibantu untuk menyelenggarakan workshop penulisan buku ajar serta akses lebih mudah untuk layanan penerbitan buku dengan penawaran lebih menarik. 

Komunikasi perihal kerjasama dan konsultasi semakin mudah, terutama bagi dosen yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Sebab bisa datang langsung ke kantor Penerbit Deepublish Jakarta dan bertatap muka dengan tim. 

Informasi lebih lanjut dan untuk kemudahan proses pengajuan proposal kerjasama. Bisa mengunjungi tautan https://jakarta.penerbitdeepublish.com/kerja-sama-institusi-workshop-penerbitan-percetakan/

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik workshop penulisan buku ajar dalam artikel ini. Jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat. 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *