IKU 5 Perguruan Tinggi dan 4 Strategi untuk Mencapainya 

iku 5 perguruan tinggi

Setiap perguruan tinggi di Indonesia tentunya berusaha untuk mencapai semua Indikator Kinerja Utama (IKU), termasuk IKU 5 perguruan tinggi. IKU kelima ini mengacu pada hasil kinerja dosen yang mendapat rekognisi internasional serta digunakan oleh masyarakat. 

Mencapai IKU 5 ini tentunya perlu optimalisasi aktivitas tri dharma oleh para dosen. Sehingga bisa memaksimalkan kuantitas maupun kualitas dari luaran masing-masing kegiatan tri dharma, di mana IKU 5 tersebut fokus pada luaran penelitian. 

Selain harus mencapai target secara kuantitas, penilaiannya IKU juga berdasarkan pemenuhan sejumlah kriteria. Oleh sebab itu, penting sekali untuk memahami apa itu IKU 5 dan bagaimana cara mencapainya dengan baik dan benar agar memenuhi kriteria. 

IKU 5 Perguruan Tinggi

IKU atau Indikator Kinerja Utama merupakan ukuran kinerja baru bagi perguruan tinggi untuk mewujudkan perguruan tinggi yang adaptif dengan berbasis luaran lebih konkret. Sehingga IKU di sini merupakan sejumlah indikator yang menunjukkan kinerja perguruan tinggi di Indonesia. 

Harapannya, setiap perguruan tinggi bisa memiliki kinerja yang optimal. Sehingga bisa mencetak generasi penerus bangsa dengan kualitas yang mumpuni dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 

IKU kemudian terbagi menjadi 8 indikator atau poin penilaian. Salah satunya adalah IKU 5 perguruan tinggi, yaitu Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat atau Mendapat Rekognisi Internasional. 

Sesuai dengan nama IKU 5 tersebut, Anda bisa memahami bahwa pencapaian IKU adalah berdasarkan dari luaran kegiatan tri dharma para dosen. Mencakup publikasi ilmiah sampai pengurusan atau kepemilikan HAKI, baik Hak Cipta, Paten, dan lain sebagainya sesuai ketentuan. 

Mengacu pada Buku Panduan IKU 2021, penilaian untuk IKU 5 tidak hanya sebatas pada jumlah luaran dari dosen pada sebuah perguruan tinggi. Melainkan juga mencakup jumlah kutipan dan karya seni oleh para dosen. 

Penghitungan capaian IKU 5 tidak hanya dari satu dosen. Sebab penilaiannya adalah kinerja perguruan tinggi. Maka semua luaran penelitian yang dari dosen yang ada di perguruan tinggi akan diakumulasikan dan dinilai menggunakan rumus Kemendikbudristekdikti. 

Jenis Karya yang Menjadi Indikator Pencapaian IKU 5 

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, terdapat beberapa aspek terkait luaran penelitian dosen yang mendasari pencapaian IKU 5 perguruan tinggi. Jenis luaran penelitian tersebut kemudian terbagi menjadi 3 kategori, yakni karya tulis ilmiah, karya terapan, dan karya seni.

Masing-masing kategori kemudian terbagi lagi menjadi beberapa jenis karya sampai kepemilikan HAKI. Pengakuan terhadap pencapaian target luaran mengacu pada kriteria yang sudah ditetapkan. 

Berhubung kategori atau jenis dari luaran penelitian yang tercakup dalam proses penilaian IKU 5 perguruan tinggi. Maka berikut adalah penjelasan detailnya: 

1. Karya Tulis Ilmiah 

    Jenis luaran penelitian yang pertama untuk memenuhi indikator pencapaian IKU 5 adalah dalam bentuk karya tulis ilmiah. Dosen wajib mempublikasi karya tulis ilmiah untuk memenuhi kewajiban menjalankan tugas penelitian. 

    Karya tulis ilmiah kemudian terbagi lagi menjadi 4 jenis yang bisa diupayakan para dosen agar IKU 5 bisa tercapai. Berikut penjelasannya: 

    a. Artikel Ilmiah 

    Jenis karya tulis ilmiah pertama dalam kategori ini adalah artikel ilmiah. Publikasi ilmiah para dosen di Indonesia memang mengacu pada penyusunan karya tulis ilmiah yang kemudian dipublikasikan. 

    Jenis karya tulis ilmiah sangat beragam, salah satunya adalah artikel ilmiah. Artikel ilmiah dosen biasanya sesuai dengan hasil penelitian yang kemudian terpublikasi melalui prosiding (lewat konferensi ilmiah) maupun jurnal ilmiah. 

    Pada indikator pencapaian IKU 5, kategori artikel ilmiah tidak hanya sebatas publikasi di prosiding dan jurnal. Melainkan juga publikasi dalam bentuk buku. Mulai dari buku monograf, buku referensi, sampai book chapter

    Jadi, untuk mencapai IKU 5 perguruan tinggi, para dosen bisa berusaha untuk meningkatkan kuantitas publikasi ilmiah. Baik dalam bentuk prosiding, jurnal ilmiah, maupun rutin menerbitkan buku akademik. 

    b. Karya Rujukan 

      Jenis kedua dari karya tulis ilmiah adalah karya rujukan. Secara sederhana, karya rujukan adalah karya tulis dari seorang dosen untuk referensi atau panduan. 

      Jenis dari karya rujukan untuk luaran penelitian adalah handbook, guidelines manual (buku panduan manual), textbook, monograf, ensiklopedia, dan juga kamus. 

      Jadi, luaran penelitian dari dosen bisa dalam bentuk karya rujukan yang jenisnya sesuai penjelasan tersebut. Bagi dosen di bidang keilmuan tertentu, menyusun kamus dan ensiklopedia menjadi sebuah upaya untuk mencapai luaran dan mendukung PT memenuhi IKU 5. 

      c. Studi Kasus 

        Jenis karya tulis ilmiah yang ketiga adalah studi kasus. Studi kasus yang di sini adalah laporan studi kasus seperti tugas akhir (skripsi, tesis, dan disertasi). 

        Dosen bisa menyusun studi kasus ketika sudah melakukan kegiatan penelitian. Memahami bahwa studi kasus ini mencakup semua jenis tugas akhir. Hal tersebut bisa terpenuhi oleh dosen yang menempuh studi.

        Laporan studi kasus ini kemudian harus bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa memenuhi kriteria IKU 5 perguruan tinggi. Di mana studi kasus tersebut bisa bermanfaat untuk mendukung pembelajaran sebagai pegangan dosen maupun mahasiswa. 

        d. Laporan Penelitian untuk Mitra 

          Luaran penelitian yang keempat dari kategori karya tulis ilmiah adalah laporan penelitian untuk mitra. Penelitian dosen bisa jadi berkolaborasi dengan mitra, baik dari industri maupun lembaga pemerintahan. 

          Hasil penelitian kemudian wajib disusun menjadi laporan penelitian untuk pihak mitra sebagai bentuk pertanggung jawaban. Isi dari laporan penelitian ini tentu saja mencakup hasil penelitian yang berisi temuan. 

          Agar bisa memenuhi IKU 5 perguruan tinggi, maka perlu menerapkan laporan penelitian untuk mitra. Sehingga mitra dapat menerapkan hasil penelitian tersebut secara langsung untuk menunjang kegiatan operasional. 

          Baca Juga: Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi dan Cara Mencapainya 

          2. Karya Terapan 

            Jenis luaran penelitian yang kedua sebagai bagian dari IKU 5 adalah karya terapan. Kegiatan penelitian dosen bisa menghasilkan luaran untuk penelitian terapan.

            Kategori karya terapan kemudian terbagi lagi menjadi dua. Jenis yang pertama yaitu produk fisik, digital, dan algoritma. Sementara jenis yang kedua adalah pengembangan invensi dengan mitra. 

            Seperti penjelasan di awal, pemenuhan IKU 5 dan IKU lainnya harus memenuhi kriteria yang berlaku. Berikut adalah kriteria untuk produk fisik, digital, dan algoritma: 

            • Kriteria rekognisi internasional: 
            1. Mendapat penghargaan internasional
            2. Perusahaan atau organisasi pemerintah/non pemerintah berskala internasional menggunakan produk ini
            3. Terdapat kemitraan antara inventor dengan perusahaan/organisasi pemerintah-non pemerintah berskala internasional. 
            • Kriteria penerapan di masyarakat: 
            1. Memperoleh paten nasional
            2. Pengakuan asosiasi 
            3. Industri/perusahaan atau lembaga pemerintah/non pemerintah menggunakan karya tersebut
            4. Terdapat kemitraan antara inventor dengan perusahaan/organisasi pemerintah-non pemerintah berskala nasional. 

            Sementara untuk kriteria karya terapan dalam bentuk pengembangan invensi dengan mitra adalah sebagai berikut: 

            • Kriteria rekognisi internasional: 
            1. Pengembangan karya bersama dengan mitra internasional atau multinasional. 
            • Kriteria penerapan di masyarakat: 
            1. Karya didanai oleh, dikembangkan bersama dengan atau digunakan oleh industri di dalam negeri. 

            3. Karya Seni 

              Luaran penelitian yang ketiga dan yang terakhir untuk membantu memenuhi IKU 5 perguruan tinggi adalah karya seni. Dalam kegiatan penelitian, seorang dosen di bidang keilmuan tertentu bisa menghasilkan karya seni. 

              Jenis karya seni tentu sangat beragam dan mengacu pada Buku Panduan IKU 2021, berikut adalah jenis karya seni untuk luaran penelitian guna mencapai IKU 5: 

              1. Visual, audio, audio-visual, pertunjukan (performance); 
              2. Desain konsep, desain produk, desain komunikasi visual, desain arsitektur, 
              3. Desain kriya; 
              4. Karya tulis novel, sajak, puisi, notasi musik; dan/atau 
              5. Karya preservasi (contoh: modernisasi seni tari daerah).

              Kriteria Luaran Penelitian Dosen

              Sama seperti karya jenis lain sebagai luaran penelitian dosen, para luaran dalam bentuk karya seni juga harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: 

              Jenis karya seni Kriteria rekognisi internasionalKriteria penerapan di masyarakat
              Visual, audio, audiovisual, pertunjukan (performance)Koleksi karya asli, bukan karya reproduksi dan: 
              ▪ Dapat sponsorship/pendanaan dari organisasi non-pemerintah internasional (jumlah minimum sedang dikaji) 
              ▪ Karya tercantum pada katalog pameran terbitan internasional baik akademik maupun komersial 
              ▪ Karya ditampilkan di festival, pameran, dan pertunjukkan berskala internasional dengan proses seleksi yang ketat (e.g. panel juri, tema, etc.) 
              ▪ Karya mendapat penghargaan berskala internasional
              Koleksi karya asli, bukan karya reproduksi dan: 
              ▪ Dapat sponsorship/pendanaan dari organisasi non-pemerintah (jumlah minimum sedang dikaji) ▪ Dipublikasikan dalam pameran atau pertunjukkan resmi nasional ▪ Lolos kurasi pihak ketiga ▪ Metode berkarya (art methods) digunakan untuk kepentingan masyarakat seperti contohnya: art therapy untuk situasi kebencanaan, penerapan desain yang inklusif untuk disabilitas, dll ▪ Karya diakuisisi atau dibiayai oleh sektor privat atau sektor public
              Desain konsep Desain produk, desain komunikasi visual, desain arsitektur, desain kriya▪ Karya tercantum pada katalog pameran terbitan internasional baik akademik maupun komersil 
              ▪ Karya ditampilkan di festival, pameran, dan pertunjukkan berskala internasional 
              ▪ Karya mendapat penghargaan berskala internasional
              ▪ Koleksi karya asli ▪ Dipublikasikan dalam pameran atau pertunjukkan resmi di daerah maupun nasional ▪ Lolos kurasi pihak ketiga ▪ Metode berkarya (art methods) digunakan untuk kepentingan masyarakat seperti contohnya: art therapy untuk situasi kebencanaan, penerapan desain yang inklusif untuk disabilitas, dll ▪ Karya diakuisisi atau dibiayai oleh sektor privat atau sektor publik
              Karya tulis Novel, sajak, puisi, notasi musik▪ Karya mendapat penghargaan (Award, shortlisting, prizes) berskala internasional ▪ Karya ditampilkan di festival atau acara pertunjukkan berskala nasional ▪ Karya ditinjau/di-review secara substansial oleh kalangan akademisi/praktisi internasional ▪ Karya asli ▪ Karya dipublikasikan/didiskusikan di festival atau acara pertunjukkan berskala nasional ▪ Karya sastra diterbitkan oleh penerbit akademik maupun penerbit komersial yang bereputasi ▪ Karya dibiayai oleh sektor publik atau privat
              Karya preservasi Contoh: modernisasi seni tari daerah▪ Dapat sponsorship/pendanaan dari organisasi non-pemerintah internasional (jumlah minimum sedang dikaji) ▪ Karya tercantum pada katalog pameran terbitan internasional baik akademik maupun komersil ▪ Karya ditampilkan di festival, pameran, dan pertunjukkan berskala internasional dengan proses seleksi yang ketat (e.g. panel juri, tema, etc.) ▪ Karya mendapat penghargaan berskala internasional▪ Dapat sponsorship/pendanaan dari organisasi non-pemerintah (jumlah minimum sedang dikaji) ▪ Dipublikasikan dalam pameran atau pertunjukkan resmi nasional ▪ Lolos kurasi pihak ketiga ▪ Karya diakuisisi atau dibiayai oleh sektor privat atau sektor public

              Cara Mencapai IKU 5

              Mencapai IKU 5 perguruan tinggi tentu menjadi PR bersama antara pihak perguruan tinggi dengan para dosen di dalamnya. Lalu, apa saja upaya untuk mencapai IKU 5? 

              1. Strategi Pelaksanaan Penelitian

              Perguruan tinggi dengan bantuan dari LPPM di dalamnya bisa membangun strategi perencanaan kegiatan penelitian. Mulai dari mendukung dosen dalam melaksanakan penelitian dasar sampai terapan. Baik dengan menyediakan pendanaan internal, membantu proses kolaborasi dengan pihak eksternal, dan lain-lain.

              Sebab dengan konsisten melaksanakan kegiatan penelitian maka akan lebih banyak mencapai luaran penelitian. Meskipun dapat mempertimbangkan jumlah sitasi, tapi mengacu pada Buku Panduan IKU 2021 memang fokus ke kuantitas. 

              2. Strategi Program Insentif

              Cara kedua dalam mendukung tercapainya IKU 5 perguruan tinggi adalah membuka program insentif. Dosen bisa mengajukan insentif publikasi ilmiah untuk mendukung pembiayaan proses publikasi. 

              Selain itu, bisa juga membuka insentif untuk pengajuan HAKI baik untuk mengajukan Hak Cipta maupun Hak Kekayaan Industri seperti Paten. Sehingga dengan dukungan pendanaan, para dosen tidak kesulitan untuk mengurus publikasi ilmiah dan pengajuan HAKI. 

              3. Asosiasi Internasional

              Strategi atau cara ketiga dalam mendukung pencapaian IKU 5 adalah dengan mendorong dosen aktif di asosiasi internasional. Misalnya dengan membantu dosen untuk aktif mengikuti konferensi ilmiah bertaraf internasional. Hal ini selain membantu proses publikasi dalam bentuk prosiding. 

              Juga membuka peluang bagi dosen untuk membangun jaringan internasional. Sehingga di masa mendatang terbentuk kolaborasi internasional dalam penelitian maupun publikasi ilmiah. 

              4. Manajemen BKD 

              Strategi berikutnya adalah melakukan manajemen BKD. Setiap dosen tetap di Indonesia wajib memenuhi BKD per semester. Perguruan tinggi perlu mendukung para dosen untuk memenuhi BKD tersebut dengan baik dan mengutamakan pencapaian luaran penelitian. 

              Misalnya mendukung dosen untuk rutin menerbitkan buku, setidaknya satu judul per tahun. Sehingga selain membantu dosen memenuhi BKD, juga mendukung pencapaian IKU 5. 

              Perguruan tinggi juga bisa mempertimbangkan untuk berkolaborasi dengan pihak eksternal untuk mendukung pencapaian IKU 5. Misalnya bekerja sama dengan sebuah perusahaan untuk menggelar workshop kepenulisan maupun terkait tema publikasi ilmiah. 

              Sebab, IKU 5 memang mengacu pada publikasi ilmiah dan erat kaitannya dengan kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan menulis. Oleh sebab itu, PT perlu memaksimalkan kolaborasi untuk mendukung tercapainya IKU 5 perguruan tinggi.

              5. Evaluasi dan Revisi Kurikulum

              Dalam hal audit kurikulum, perguruan tinggi dapat melakukan pemetaan mata kuliah yang sudah ada untuk melihat sejauh mana mereka mendukung pembelajaran kolaboratif. Selain itu, kampus bisa mengidentifikasi peluang untuk menambahkan elemen pembelajaran berbasis proyek, studi kasus, atau kerja tim lintas disiplin.

              Adapun untuk revisi kurikulum, perguruan tinggi dapat melakukan pembaruan kurikulum agar mengintegrasikan Project-Based Learning (PBL), Problem-Based Learning (PBL), atau metode pembelajaran berbasis pengalaman lainnya.

              Namun, pastikan pembelajaran melibatkan tugas yang relevan dengan tantangan dunia nyata.

              6. Kembangkan Mata Kuliah Berbasis Kolaborasi

              Perguruan tinggi dapat menyusun mata kuliah yang memungkinkan mahasiswa dari berbagai program studi bekerja bersama dalam proyek multidisiplin. Contoh: Proyek “Smart City Development” yang melibatkan mahasiswa teknik, ekonomi, dan komunikasi.

              Kampus juga bisa meningkatkan keterlibatan mitra eksternal, seperti perusahaan, organisasi non-profit, atau pemerintah untuk berkontribusi dalam pengajaran. Mitra eksternal dapat memberikan studi kasus nyata, menjadi mentor, atau menjadi pengarah proyek mahasiswa.

              7. Integrasikan Program Kampus Merdeka

              Perguruan tinggi harus memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk mengikuti program Kampus Merdeka, seperti magang bersertifikat, proyek kemanusiaan, atau penelitian. Integrasikan program ini sebagai bagian dari kredit mata kuliah atau kurikulum wajib.

              Tak hanya itu, perguruan tinggi bisa memperluas jaringan dengan mitra industri maupun komunitas untuk menciptakan lebih banyak peluang program Kampus Merdeka.

              Itulah pembahasan tentang IKU 5 perguruan tinggi dan strategi untuk mencapainya.

              Dapatkan lebih banyak informasi seputar perguruan tinggi maupun akreditasi dengan membaca artikel-artikel terbaru dari Penerbit Deepublish Jakarta!

              Tinggalkan Komentar

              Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *