Cara Mengubah Jurnal PKM Menjadi Buku Referensi atau Monograf

cara mengubah jurnal pkm menjadi buku

Banyak mahasiswa, dosen, dan peneliti memiliki jurnal PKM yang sebenarnya bisa dikembangkan menjadi karya yang lebih bermanfaat.

Sayangnya, tidak sedikit yang bingung bagaimana cara mengubah jurnal tersebut menjadi buku referensi atau monograf yang diakui secara akademik. 

Kebingungan ini sering muncul karena ada anggapan bahwa prosesnya rumit, memakan waktu lama, dan membutuhkan biaya besar.

Padahal, jika dilakukan dengan cara yang tepat, konversi jurnal PKM menjadi buku justru bisa meningkatkan rekognisi akademik sekaligus memperluas dampak penelitian Anda.

Artikel ini membahas langkah-langkah praktis yang perlu Anda ketahui hingga solusi layanan yang bisa membantu proses penerbitan lebih mudah dan terarah.

8 Cara Mengubah Jurnal PKM Menjadi Buku Referensi atau Monograf

Mengubah jurnal PKM menjadi buku adalah langkah strategis untuk meningkatkan rekognisi akademik sekaligus memperluas jangkauan pembaca.

1. Tentukan Jenis Buku Referensi atau Monograf

Langkah pertama dalam mengubah jurnal PKM menjadi buku adalah menentukan jenis buku yang ingin Anda tulis, apakah buku referensi atau monograf. 

Buku referensi biasanya ditujukan untuk memperkaya literatur akademik secara umum, sementara monograf lebih fokus pada satu tema atau topik yang mendalam.

Dengan menentukan jenisnya sejak awal, Anda bisa lebih mudah menyusun arah penulisan dan target pembaca. Pilihan ini juga akan memengaruhi gaya bahasa, struktur, hingga cara penyajian data.

Selain itu, penentuan jenis buku membantu penulis memahami tingkat detail yang harus dimasukkan. Hal ini membuat proses penulisan lebih terarah dan konsisten.

2. Pahami Perbedaan Format Jurnal dan Buku

Proses mengubah jurnal PKM menjadi buku memerlukan pemahaman yang jelas tentang perbedaan format keduanya.

Jurnal umumnya singkat, padat, dan terbatas jumlah halamannya, sementara buku memiliki ruang lebih luas untuk eksplorasi ide. 

Transisi dari jurnal ke buku harus memperhatikan kedalaman analisis, bahasa yang lebih komunikatif, serta struktur bab yang lebih panjang.

Selain itu, buku biasanya membutuhkan narasi yang mengalir agar lebih nyaman dibaca, tidak kaku seperti jurnal.

Penulis juga perlu memperhatikan standar akademik agar tetap sesuai dengan tujuan awal penelitian. Perbedaan format inilah yang menjadi dasar penyusunan ulang konten.

3. Analisis Bagian PKM yang Relevan

Langkah berikutnya, menganalisis bagian jurnal PKM yang paling relevan untuk dijadikan materi buku. Tidak semua konten jurnal perlu masuk ke dalam buku, sehingga seleksi data sangat penting dilakukan. 

Misalnya, latar belakang, metodologi, hasil, dan pembahasan dapat diperluas agar lebih bermanfaat bagi pembaca. Analisis ini membantu penulis mengetahui bagian mana yang butuh dikembangkan, dihapus, atau digabungkan.

Proses seleksi ini juga memastikan konten buku tidak sekadar menyalin jurnal, tetapi menyajikan informasi baru yang lebih kaya.

4. Susun Struktur Bab dan Outline Buku

Agar mengubah jurnal PKM menjadi buku berjalan sistematis, penyusunan outline sangat penting dilakukan. Outline berfungsi sebagai peta jalan penulisan agar isi buku terarah dan tidak melebar. 

Biasanya, struktur buku akademik mencakup pendahuluan, tinjauan pustaka, metode, hasil, pembahasan, hingga penutup. 

Penulis bisa menambahkan bab pendukung seperti studi kasus atau aplikasi praktis agar buku lebih komprehensif.

5. Kembangkan Isi Menjadi Buku Akademik

Proses inti dari mengubah jurnal PKM menjadi buku adalah memperluas isi agar sesuai standar buku akademik. 

Bagian-bagian yang sebelumnya singkat dalam jurnal bisa diperluas dengan analisis tambahan, teori pendukung, atau data komparatif. 

Pengembangan isi juga bisa mencakup studi literatur lebih luas untuk memperkuat argumen. Selain itu, penyajian materi perlu dibuat lebih interaktif agar pembaca bisa mengikuti alurnya dengan mudah.

6. Sesuaikan Gaya Bahasa

Perbedaan utama antara jurnal dan buku juga terletak pada gaya bahasa. Jurnal cenderung formal, kaku, dan padat. Sedangkan, buku akademik lebih komunikatif meski tetap ilmiah. 

Menyesuaikan gaya bahasa berarti menulis dengan kalimat yang mengalir, mudah dipahami, tapi tetap menjaga kredibilitas akademik. Makanya, gaya bahasa harus menjadi perhatian utama dalam mengubah jurnal PKM menjadi buku.

7. Lengkapi Data Pendukung

Salah satu hal penting dalam menyusun buku adalah menambahkan data pendukung. Data ini bisa berupa grafik, tabel, ilustrasi, atau hasil wawancara tambahan yang memperkuat pembahasan. 

Proses ini menjadi salah satu nilai tambah karena konten menjadi lebih lengkap dibandingkan naskah awal. Kelengkapan data tentu sekaligus meningkatkan kualitas penerbitan.

8. Ajukan pada penerbit

Langkah terakhir, Anda harus mengajukan naskah ke penerbit profesional agar buku dapat diterbitkan secara resmi. 

Penerbit akan membantu mulai dari editing, desain cover, layout, hingga proses ISBN. Penulis bisa memilih penerbit anggota IKAPI agar kredibilitas buku lebih terjamin.

Ingin Mengubah Jurnal PKM Menjadi Buku Referensi atau Monograf dengan Cepat?

Anda tidak perlu pusing memikirkan proses teknis karena Penerbit Deepublish Jakarta menyediakan Layanan Konversi KTI menjadi buku yang praktis dan profesional. 

Fasilitas lengkap seperti restruktur bab, proses parafrase 100%, penyuntingan naskah, proofreading, hingga pendampingan intensif membuat hasil konversi jauh lebih terarah dan berkualitas.

Selain itu, ada beberapa pilihan layanan yang bisa Anda gunakan sesuai kebutuhan. Mulai dari Konversi KTI Tanpa Terbit, Konversi KTI Terbit Versi Ebook, hingga Konversi KTI Terbit Versi Cetak & Ebook.

Semua layanan ini untuk memudahkan dosen, peneliti, maupun mahasiswa yang ingin meningkatkan rekognisi karya ilmiahnya.

Jadi, tunggu apa lagi? Konversikan jurnal Anda sekarang!

Segera konsultasikan kebutuhan Anda melalui layanan konversi KTI Penerbit Deepublish Jakarta dan wujudkan jurnal PKM menjadi buku berkualitas tinggi!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *