Salah satu kewajiban akademik dosen adalah menulis dan menerbitkan buku ajar. Sehingga sangat penting untuk mengikuti workshop penulisan buku tersebut. Terutama bagi dosen yang masih mengalami banyak kesulitan saat menyusun buku ajar.
Buku ajar termasuk dalam pelaksanaan kewajiban akademik pada tugas pendidikan. Dosen yang berhasil menerbitkan buku ajar sesuai standar. Maka akan mendapatkan tambahan KUM dan memperbesar kesempatan memenuhi BKD.
Sayangnya, menulis buku ajar ternyata tidak semudah mengucapkannya. Apalagi untuk dosen yang belum terbiasa menulis, ada baiknya untuk ikut serta atau bahkan menyelenggarakan workshop penulisan buku ajar.
Lalu, apa saja keuntungan workshop buku ajar bagi para dosen? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!
Daftar Isi
ToggleSekilas Tentang Buku Ajar
Mengutip dari website resmi Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin, buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan.
Buku ajar yang ditulis oleh dosen disebut juga dengan istilah buku teks. Buku ini seringnya disusun dengan mengacu pada RPS (Rencana Pembelajaran Semester). Sehingga buku ini bisa dijadikan pegangan dosen maupun mahasiswa saat mengikuti perkuliahan.
Karena buku ajar termasuk dalam buku pendidikan, maka penulisan dan penerbitannya wajib mengikuti ketentuan yang berlaku. Aturan tersebut mencakup:
- Diketik dengan font Times New Roman (font 12) pada kertas ukuran A4 dengan spasi 1,5, beserta soft copy dalam CD.
- Jumlah halaman buku tidak kurang dari 200 halaman, tidak termasuk Prakata, Daftar Isi, dan Lampiran.
- Unsur buku yang harus ada: (1) Prakata, (2) Daftar Isi, (3) Batang tubuh yang terbagi dalam bab atau bagian, (4) Daftar Pustaka, (5) Glosarium, (6) Indeks (sebaiknya).
- Penulisan Buku Ajar termasuk dalam kegiatan melaksanakan pengajaran.
- Angka kredit 20 per buku.
- Batas Kepatutan Buku Ajar/Buku Teks : 1 Buku/Tahun.
Selain itu, agar buku ajar yang diterbitkan dosen diakui Ditjen Dikti dan menambah poin angka kredit, yakni di angka 20 poin. Maka harus memenuhi kriteria berikut ini:
- Memiliki ISBN
- Tebal paling sedikit 40 (empat puluh) halaman cetak (khusus buku ajar setidaknya 200 halaman).
- Ukuran : minimal 15,5 cm x 23 cm.
- Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/Organisasi/Perguruan Tinggi.
- Isi tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan UUD 1945.
Berbagai Kesulitan dalam Menulis Buku Ajar
Sebagai salah satu buku ilmiah dan buku pendidikan yang terikat sejumlah aturan. Maka tidak heran banyak dosen merasakan berbagai hambatan atau kesulitan dalam menyusunnya.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa bentuk kesulitan yang umum dihadapi dosen saat menyusun buku ajar:
- Kesulitan Menyampaikan Gagasan dalam Bentuk Tulisan
Salah satu kesulitan yang dialami sebagian besar dosen dalam menulis buku ajar adalah menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan. Menyampaikan suatu gagasan atau ide secara lisan, dipandang lebih mudah. Sebab tinggal disampaikan.
Namun, menyampaikannya dalam bentuk tulisan tentu menjadi persoalan lain. Sebab berhadapan dengan tuntutan untuk disusun menjadi kalimat efektif, kalimat memakai tanda baca yang sesuai, maknanya harus jelas, harus memakai kosakata baku, dan sebagainya.
Banyak dosen mengalami kesulitan untuk menyampaikan gagasan tersebut ke dalam naskah buku ajar. Sehingga kesulitan untuk menyusun kalimat pertama sampai paragraf pertama maupun pengembangannya.
- Keterbatasan Perbendaharaan Kata
Kesulitan berikutnya yang sering dialami dosen saat menulis buku ajar adalah perbendaharaan kata yang terbatas. Salah satu senjata seorang penulis adalah menguasai banyak kosakata dan paham pemakaiannya dalam kalimat agar sesuai konteks.
Namun, tidak semua orang memiliki perbendaharaan kata yang cukup. Apalagi dosen yang lebih dominan menulis karya ilmiah seperti artikel. Maka saat mengubah gaya bahasa artikel ilmiah ke naskah buku, biasanya sering tersendat.
Kendala ini juga umum dialami para dosen yang belum memiliki budaya membaca. Oleh sebab itu, ada kesulitan untuk menyusun kalimat dengan pemilihan kosakata yang tepat. Alhasil, naskah sulit untuk dikembangkan dan butuh waktu lebih lama untuk diselesaikan.
- Kurang Paham Penggunaan Kata
Kesulitan ketiga dalam menyusun buku ajar adalah dosen yang masih kurang paham penggunaan kata. Misalnya bagaimana aturan dan cara menggunakan preposisi seperti kata “di” dan “ke”. Contoh lainnya, mengenai aturan penggunaan konjungsi (kata hubung).
Pemahaman aturan bahasa yang mengacu pada EYD, pada akhirnya menentukan mudah tidaknya menulis naskah buku ajar. Hal ini juga berlaku untuk buku pendidikan jenis lainnya.
Apalagi untuk dosen nonsastra, maka biasanya akan fokus pada keilmuan yang ditekuni sejak jenjang Sarjana. Dimana mayoritas tidak terlalu detail memperhatikan aspek kebahasaan. Alhasil, ada kesulitan dalam menggunakan sejumlah jenis kata agar baku dan sesuai ketentuan.
- Kesibukan yang Tinggi
Kesulitan dalam menulis buku ajar juga sering disebabkan oleh kesibukan dosen yang tinggi. Sekilas, seorang dosen terlihat santai karena dipandang hanya sibuk mengajar beberapa jam saja dalam sehari.
Aktualnya, setelah mengajar, dosen berhadapan dengan lebih banyak agenda akademik yang waktu pengerjaannya fleksibel. Saking fleksibelnya, dosen harus rela memanfaatkan jam tidur sampai tanggal merah untuk mengerjakannya.
Kesibukan melaksanakan tri dharma dan tugas penunjang seringkali menghambat dosen untuk menulis. Kondisi akan lebih parah jika dosen belum paham bagaimana manajemen waktu yang baik. Sehingga naskah buku ajar sering terbengkalai.
- Kurangnya Motivasi Diri
Faktor internal memiliki dampak signifikan pada kemampuan dan kemauan menulis seorang dosen. Bagi dosen yang memiliki motivasi dan disiplin yang tinggi, biasanya tidak ada masalah punya kesibukan menulis dan menerbitkan buku.
Namun, akan menjadi sebaliknya untuk dosen yang kurang memiliki motivasi dan suka menunda pekerjaan. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan evaluasi agar bisa mengatasi sifat malas yang menghalangi kewajiban menulis buku ajar.
- Terlalu Khawatir dengan Aturan Menulis Buku Ajar
Hal berikutnya yang sering menjadi kendala bagi dosen untuk menulis buku ajar adalah khawatir dengan semua aturan yang menyertainya. Seperti penjelasan di awal, ada beberapa standar dan kriteria aar buku ajar diakui.
Tidak semua dosen bisa menghadapi aturan ini dengan santai. Beberapa memikirkannya sampai berlarut-larut dan merasa terbebani. Alhasil, aturan-aturan ini justru menjadi penghambat untuk dosen menyelesaikan naskah buku ajar.
- Kurang Percaya Diri untuk Menulis
Pada saat orang belum terbiasa, maka biasanya akan takut dan rendah diri. Hal ini juga sering dialami dosen saat pertama kali menulis buku, yakni menjadi tidak percaya diri jika mampu menulis buku sesuai ketentuan. Hal ini yang tanpa sadar menjadi sandungan bagi dosen untuk menulis buku ajar.
Pentingnya Ikut Workshop Penulisan Buku Ajar
Memahami bahwa menulis buku ajar memberikan banyak sandungan, terutama bagi dosen yang belum terbiasa menulis buku dan mengurus penerbitan. Maka ada baiknya mengikuti kegiatan workshop penulisan buku ajar.
Workshop penulisan ini bisa didapatkan informasinya dari berbagai sumber atau media. Baik itu website, media sosial, informasi dari rekan sejawat, dan lain sebagainya.
Namun, perguruan tinggi bisa menyelenggarakan workshop penulisan khusus untuk para dosen dengan bermitra bersama instansi.
Lalu, seberapa penting ikut serta dalam kegiatan workshop penulisan buku ajar? Workshop yang membahas seluk-beluk penulisan buku ajar memberi banyak manfaat bagi dosen, di antaranya adalah:
- Semakin Paham Apa dan Bagaimana Menulis Buku Ajar
Menulis buku ajar tentu tidak familiar bagi orang awam, maupun pemilik profesi tertentu. Sebab secara umum menjadi salah satu kewajiban akademik dosen di Indonesia. Maka wajar banyak yang tidak paham apa itu buku ajar dan bagaimana menyusunnya.
Dosen pemula yang mengalami masalah ini bisa mendapatkan solusi setelah ikut workshop penulisan. Sebab akan dibantu mentor untuk memahami apa itu buku ajar, semua aturan penulisan, cara menyusun naskah, mengurus penerbitan, dan lain-lain.
- Mendapat Bimbingan Langsung dari Mentor
Belajar menulis buku ajar, memang sangat mungkin dilakukan secara mandiri. Apalagi pihak perguruan tinggi biasanya juga menyediakan buku panduan kepenulisan. Namun, sebaik-baiknya belajar mandiri tentu lebih baik jika ada pendampingan dari mentor.
Mentor tidak hanya memberi penjelasan mengenai apa itu buku ajar dan strategi menyusunnya. Melainkan juga memberi bimbingan langsung kepada dosen agar memahami hambatan yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya.
Setiap dosen tentu memiliki hambatan tersendiri dan wajib diselesaikan sesuai kondisi dan kebutuhan. Tanpa bimbingan dan dampingan mentor, seorang dosen memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan buku ajar.
- Keterampilan Menulis Berkembang
Pada dasarnya, hambatan atau kesulitan dalam menulis buku ajar sebagian besar disebabkan karena keterampilan menulis yang belum maksimal. Hal ini lebih sering dialami oleh dosen yang sebelumnya tidak pernah menulis, terutama buku.
Ikut serta dalam workshop penulisan buku ajar membantu dosen mengasah dan mengembangkan keterampilan menulis. Sehingga dari yang kesulitan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, setelahnya bisa dilakukan dengan sangat mudah.
- Menambah Wawasan di Dunia Kepenulisan
Ikut serta dalam kegiatan workshop kepenulisan buku ajar juga membantu menambah wawasan. Sebab bisa saling sharing dengan sesama peserta. Sampai mendapat masukan dari mentor workshop tersebut.
Sehingga bisa tahu bagaimana tips dan trik menyusun buku ajar. Bagaimana strategi menyelesaikan satu naskah dalam waktu beberapa bulan saja. Bagaimana tetap menulis di tengah gempuran kesibukan akademik, dan lain sebagainya.
- Memperluas Jaringan
Bagi dosen, memiliki jaringan yang luas tentu dianggap penting. Sebab lewat jaringan inilah akses informasi dan kesempatan akademik terbuka lebih lebar. Ikut serta dalam sebuah workshop bisa membantu memperluas jaringan dosen.
Sebab dalam kegiatan tersebut, dosen bisa bertemu dan saling sharing dengan dosen lain. Sehingga peluang untuk mendapat informasi penting seputar dunia akademik terbuka lebar. Begitu juga peluang menjalin kolaborasi di masa mendatang.
- Mendapatkan Sertifikat
Arti penting berikutnya dari ikut serta kegiatan workshop penulisan buku ajar adalah bisa mendapatkan sertifikat. Sehingga bisa menjadi bukti bahwa dosen memang ikut serta dalam workshop tersebut.
Tidak menutup kemungkinan bahwa sertifikat ini akan dibutuhkan dosen untuk suatu keperluan.
Kiat Dosen Menggelar Workshop Penulisan Buku Ajar
Melalui penjelasan di atas, tentunya semakin menyadari pentingnya ikut serta dalam kegiatan workshop penulisan buku ajar. Selain menunggu ada penyelenggaraan kegiatan tersebut. Para dosen di Indonesia juga bisa menjadi penggagas.
Dosen bisa memanfaatkan program Kerja Sama Institusi dari Penerbit Deepublish Jakarta. Dalam program tersebut, perguruan tinggi bisa memilih bentuk kerja sama untuk menyelenggarakan workshop penulisan buku pendidikan. Baik itu buku ajar, monograf, referensi, maupun book chapter.
Jadi, dengan program ini, para dosen diharapkan mampu mendapat bimbingan, ilmu, dan wawasan lebih luas tentang proses menulis dan menerbitkan buku ajar sehingga mendorong peningkatan akreditasi perguruan tinggi.
Keuntungan Perguruan Tinggi Menggelar Workshop Penulisan Sendiri
Menjalin kerja sama institusi dengan Penerbit Deepublish Jakarta membantu mendapatkan banyak keuntungan. Berikut beberapa diantaranya:
1. Topik Sesuai Kebutuhan
Keuntungan yang pertama yang diperoleh kampus saat menggelar workshop sendiri adalah memastikan topik sudah sesuai kebutuhan. Jika selama ini dosen kesulitan untuk menemukan workshop yang fokus membahas buku ajar, maka menyelenggarakan workshop sendiri bersama Penerbit Deepublish Jakarta akan membuat topik yang disampaikan lebih relevan dan tepat sasaran.
2. Materi yang Dijamin Tepat dan Berkualitas
Tak hanya membantu menemukan workshop dengan topik sesuai kebutuhan, materi yang disampaikan pada workshop yang digelar sendiri juga dipastikan lebih sesuai kebutuhan para dosen.
Misalnya, sudah paham standar aturan penulisan dan penerbitan buku ajar. Maka para dosen bisa meminta materi membahas mengenai kendala dalam menulis buku ajar saja, atau disesuaikan kebutuhan. Sehingga penyelenggaraan workshop tersebut lebih efektif.
3. Biaya Lebih Terjangkau
Jika Anda mengikuti workshop yang diselenggarakan pihak lain, maka biasanya akan membayar biaya secara mandiri. Meskipun bisa juga difasilitasi oleh perguruan tinggi. Namun, besaran biayanya tentu lumayan. Terlebih, untuk workshop yang durasinya panjang.
Bandingkan jika workshop digelar sendiri oleh perguruan tinggi yang menaungi dosen. Maka biayanya bisa lebih terjangkau. Apalagi jika dari pihak mitra memberikan penawaran atau promo menarik.
4. Akses Mudah ke Berbagai Layanan Mitra Kerja Sama
Keuntungan lain yang bisa didapatkan adalah akses lebih mudah ke berbagai layanan Penerbit Deepublish Jakarta. Jika kampus bermitra dengan Kami, maka dosen di bawah naungan kampus tersebut bisa mengakses semua layanan penerbit dengan penawaran istimewa.
Misalnya mendapatkan harga khusus untuk proses penerbitan buku ajar yang disusun para dosen, diskon untuk penggunaan jasa cetak buku, dan masih banyak lagi.
Jadi, jangan ragu untuk mengajukan kerja sama dengan Penerbit Deepublish Jakarta. Selain dapat menyelenggarakan workshop penulisan buku ajar, perguruan tinggi maupun dosen akan mendapat akses lebih mudah untuk layanan penerbitan buku dengan penawaran lebih spesial.
Adapun untuk mengajukan kerja sama ini, Anda dapat mengunjungi laman Kerja Sama Penerbit Deepublish Jakarta atau datang langsung ke kantor yang berada di Palma Tower, 20th Floor Jl. R.A. Kartini II-S, Kav 6 Jakarta, 12310 dengan melakukan konfirmasi H-1 kedatangan melalui nomor 0811-2864-990 (M. Safah Thalib, S.Kel.).
Tunggu apa lagi? Yuk, ajukan kerja sama hari ini untuk segera tingkatkan akreditasi prodi maupun perguruan tinggi!