Seberapa Penting Dosen Ikut Workshop Penulisan Buku Monograf? 

workshop penulisan buku monograf

Buku monograf memiliki peran besar dalam pengembangan karier akademik, baik kenaikan jabatan fungsional dosen maupun peningkatan akreditasi perguruan tinggi. Namun, apakah para dosen telah memahami bagaimana cara menyusun buku yang baik dan berkualitas? Oleh karena itu, diperlukan workshop penulisan buku monograf untuk menunjang setiap karya yang dihasilkan dosen.

Lalu, seberapa pentingkah lokakarya penyusunan monograf? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!

Apa Itu Buku Monograf? 

Mengutip dalam LPPM Universitas Riau (UNRI), buku monograf adalah tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik dalam satu bidang ilmu kompetensi penulis.

Secara sederhana, buku monograf adalah buku yang terfokus pada satu topik di satu bidang keilmuan. Misalnya, dosen A adalah dosen Matematika, maka dalam naskah buku monograf akan fokus di topik Matematika.

Berdasarkan ketentuan Ditjen Dikti, terdapat sejumlah aturan mengenai penulisan dan penerbitan buku monograf. Mengutip melalui website resmi Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin, terdapat beberapa kriteria buku monograf, yakni:

  1. Memiliki ISBN.
  2. Tebal paling sedikit 40 (empat puluh) halaman cetak.
  3. Ukuran: minimal 15,5 cm x 23 cm.
  4. Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/Organisasi/Perguruan Tinggi.
  5. Isi tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan UUD 1945.

Jika melihat dari kriteria khusus, maka ada sejumlah aturan yang menjadi dasar penyusunan monograf, antara lain:

  1. Fokus dalam satu bidang ilmu.
  2. Memenuhi Kaidah penulisan ilmiah yang utuh (rumusan masalah, pemecahan masalah, dukungan teori mutakhir, kesimpulan dan daftar pustaka).
  3. Dalam bentuk buku (referensi).
  4. Disebarluaskan.
  5. Tebal paling sedikit 40 halaman (15.5 cm x 23 cm).
  6. Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/organisasi/PT.
  7. Memiliki ISBN dan diedarkan (diterbitkan untuk diakses dengan mudah oleh publik).
  8. Tidak menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945.
  9. Batas kepatutan: 1 buku/tahun
  10. Angka kredit maksimal: 20. 

Bentuk Kesulitan dalam Menulis Buku Monograf

Meski berperan penting dalam peningkatan karier akademik, para dosen kerap mengalami kesulitan dalam menulis buku monograf. Di antara kendala tersebut adalah:

1. Belum Memahami Buku Monograf

Sumber kesulitan yang utama dalam menulis buku monograf adalah ketika dosen belum memahami buku monograf itu sendiri. Buku monograf harus dipahami dulu definisinya, ciri atau karakteristiknya, sampai aturan penulisan dan penerbitannya. 

Jika semua ini sudah dipahami, barulah proses menulis bisa dilakukan. Itu pun, dosen perlu mencari tahu dulu bagaimana tahapan yang benar dalam menulis buku monograf. 

Sehingga ada proses belajar yang membutuhkan kesiapan waktu, tenaga, sampai biaya dari dosen yang bersangkutan. Sayangnya untuk memahami hal mendasar tentang buku monograf bisa jadi tidak mudah, sehingga menjadi kendala. 

2. Kesulitan Menjelaskan Gagasan dalam Bentuk Tulisan

Bagi dosen yang selama ini tidak terbiasa menulis, maka biasanya akan kesulitan menuangkan gagasan menjadi tulisan. Sehingga gagasan atau ide tulisan mungkin sudah ada. Namun untuk menuangkan ke naskah buku tidak selalu mudah. 

Bisa jadi, dosen memiliki perbendaharaan kata yang terbatas, pemahaman topik yang belum mendalam, kesulitan menyusun kalimat sampai paragraf pertama, dan sebagainya, sehingga pengembangan naskah menjadi sulit. 

3. Waktu untuk Menulis yang Terbatas

Keputusan menjadi dosen ternyata memberi kesibukan akademik yang sangat padat. Sebab selain mengajar, dosen masih harus melaksanakan penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan berbagai tugas tambahan maupun tugas administrasi. 

Alhasil, waktu kerja dosen kadang melebihi jam kerja pada umumnya. Meskipun sangat fleksibel, ternyata banyak yang merelakan jam istirahat dan hari libur untuk tetap bekerja. Kondisi ini yang membuat dosen kesulitan menyisihkan waktu menulis buku monograf maupun buku pendidikan lainnya. 

4. Kurang Percaya Diri Menulis Buku Monograf

Kesulitan berikutnya adalah ketika dosen masih kurang percaya diri untuk menulis buku monograf. Menulis buku dan pada akhirnya harus diterbitkan memberi kesadaran bagi dosen jika karyanya akan dibaca banyak orang. 

Kadang kala ada perasaan khawatir tulisan yang dibuat sulit dipahami, tidak enak dibaca, dan cenderung tidak disukai pembaca. Ketakutan yang belum terjadi ini yang menurunkan rasa percaya diri dosen.

5. Kesulitan Mencari Referensi

Meskipun perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sangat baik di era sekarang. Terutama dengan kehadiran internet. Namun, menemukan referensi untuk menulis buku ternyata bisa saja penuh tantangan. 

Apalagi untuk topik tertentu yang masih minim referensi dan belum banyak diteliti oleh peneliti dunia. Kondisi ini yang membuat buku monograf terasa sulit untuk dosen. Sebab kesulitan menemukan referensi yang kredibel dan relevan. 

6. Kurangnya Motivasi Diri

Faktor internal yang berkaitan dengan sifat dosen juga sering menjadi sumber kesulitan dalam menulis buku monograf. Misalnya dosen kurang memiliki motivasi dan cenderung menunda pekerjaan. Alhasil, menulis satu judul monograf bisa memakan waktu berbulan-bulan. 

7. Menghadapi Banyak Distraksi 

Kesulitan dalam menulis pada dasarnya sangat banyak. Bagi dosen, mengatasi distraksi dalam bentuk apa pun bisa menjadi kesulitan tersebut. Sumber distraksi akan mencegah dosen fokus ke naskah monograf. 

Keuntungan Ikut Workshop Penulisan Buku Monograf 

Melalui penjelasan di atas, maka bisa diketahui jika menulis buku monograf tidak mudah. Tidak hanya satu, melainkan ada banyak sekali hambatan yang menghadang.

Jika mengalami kondisi serupa, maka usahakan tidak pasrah begitu saja. Ada banyak usaha bisa dilakukan untuk menemukan solusi terbaik. Salah satunya mengikuti kegiatan workshop penulisan buku monograf. 

Beberapa dosen mungkin menilai, ikut workshop tidak berdampak signifikan. Namun, jika dipelajari lebih mendalam, ternyata ada banyak manfaat bisa diperoleh, yakni:

1. Membahas Buku Monograf Secara Eksklusif 

Keputusan dosen untuk menjadi peserta workshop penulisan buku monograf akan dibantu mendapatkan materi yang terfokus. Sehingga materi tersebut eksklusif, selain hanya fokus di topik buku monograf. Juga hanya diakses peserta workshop

Berbeda dengan materi di kegiatan lain, yang bisa diakses siapa saja. Materi di workshop dibuat khusus dan untuk peserta saja. Sehingga ilmunya hanya bisa didapatkan dan dimanfaatkan peserta. 

Hal ini membantu peserta tidak merasa rugi sudah meluangkan waktu dan tenaga untuk mengikuti workshop. Sehingga muncul motivasi untuk mengikuti workshop lain agar mengakses lebih banyak ilmu dan wawasan yang didesain eksklusif. 

2. Didampingi Langsung oleh Mentor Ahli

Belajar menulis buku monograf dan buku pendidikan lain memang sangat mungkin dilakukan mandiri. Namun, bagaimana jika sumbernya tidak kredibel? Bagaimana jika menghadapi kesulitan di tengah jalan? 

Anda tentu kesulitan mencari tempat untuk bertanya dan keterampilan menulis tidak berkembang pesat. Menjadi persoalan lain jika memilih belajar melalui ahlinya. Salah satunya melalui workshop penulisan buku monograf. 

Bersama dampingan langsung dari mentor yang sudah ahli dalam menulis dan menerbitkan buku monograf. Maka kredibilitas materi terjamin. Dosen pun bisa sharing dan mendapatkan masukan langsung sesuai kondisi dan kebutuhan. 

3. Leluasa Bertanya dan Berkonsultasi dengan Mentor

Keuntungan ketiga yang didapatkan jika belajar menulis buku monograf lewat workshop adalah leluasa bertanya. Bertemu langsung dengan mentor yang sudah ahli dan berpengalaman menulis buku tersebut. 

Tentu memberi peluang emas dan sangat lebar untuk bertanya langsung di sesi tanya jawab. Sehingga selain mendapat materi kredibel dari pakarnya, workshop juga membantu bertanya apapun sesuai kebutuhan. 

Anda tidak akan terikat oleh template dan bisa berinteraksi dengan mentor. Sehingga ada komunikasi dua arah yang memberi solusi dan jawaban yang benar-benar pas. Bandingkan jika belajar otodidak dari YouTube atau media lain, tentu tidak bisa bertanya dan terikat oleh isi konten yang sudah paten. 

4. Bertemu Dosen Lain dan Bisa Sharing 

Jika ikut serta dalam kegiatan workshop penulisan buku monograf, maka dosen ada kesempatan bertemu dosen lain. Sehingga bisa saling berkomunikasi, berkenalan, dan sharing mengenai pengalaman menulis sampai menerbitkan buku monograf. 

Meskipun dosen tersebut satu naungan perguruan tinggi. Sangat mungkin selama ini belum ada komunikasi mendalam. Lewat workshop maka silaturahmi terjalin dan lebih dekat dari sebelumnya. 

Dampaknya, ada lebih banyak hal bisa dibahas bersama dan sukses bersama di dunia akademik. Sharing pengalaman dan berbagi solusi sejumlah hambatan menulis buku monograf. Hal ini menjadikan momen ikut workshop lebih bernilai, karena mendapat materi lebih selain dari yang disampaikan mentor. 

5. Mengakses Layanan dari Pihak Penyelenggara

Workshop penulisan buku monograf tidak melulu diselenggarakan perguruan tinggi. Bisa juga oleh jasa penerbitan buku, lembaga, sampai kementerian yang dinaungi pemerintah. Sehingga workshop penulisan ini bisa dengan mudah ditemui. 

Jika workshop tersebut diselenggarakan sebuah penerbit, maka ada peluang bagi dosen untuk mengakses layanan penerbit tersebut. Bisa dengan lebih mudah atau bahkan lebih murah dengan promo, voucher diskon, dan sebagainya. 

Hal serupa juga berlaku jika workshop digelar perguruan tinggi dengan dukungan sebuah perusahaan penerbitan. Jadi, jangan ragu ikut workshop karena ada kesempatan mendapat akses lebih mudah dan murah dari jasa pihak penyelenggara. 

6. Keterampilan Menulis Meningkat 

Workshop penulisan buku monograf juga memastikan dosen mampu meningkatkan keterampilan menulis. Sebab workshop diselenggarakan secara eksklusif dengan jumlah peserta yang lebih terbatas. Mentor pun bisa lebih fokus memperhatikan peserta. 

Selain itu, workshop biasanya diselenggarakan dalam beberapa hari. Sehingga materi yang disampaikan mentor lebih kompleks, mendalam, dan tentunya menyeluruh. Bahkan, mencakup praktik langsung menulis naskah buku monograf. 

Hal menarik lainnya, dengan adanya kesempatan bertanya ke mentor. Maka bisa mendapat informasi tambahan sesuai kebutuhan. Keterampilan menulis pun meningkat secara signifikan dibanding belajar secara otodidak. 

7. Mengasah Keterampilan Lain yang Dibutuhkan Dosen

Selama mengikuti kegiatan workshop penulisan buku monograf, dijamin tidak hanya mendapat materi seputar topik utama. Mentor bisa saja sharing pengalaman, sharing pencapaian, dan sebagainya yang bisa memberi motivasi dan inspirasi. 

Selain itu, apa yang dibagikan mentor juga bisa membantu mengasah lebih banyak keterampilan. Seperti keterampilan manajemen waktu, menetapkan tujuan atau target, keterampilan bersosialisasi dengan peserta lain, dan lain sebagainya. 

Kiat Menyelenggarakan Workshop di Kampus Sendiri 

Bagi para dosen yang kesulitan menemukan workshop penulisan buku monograf. Maka tidak perlu berkecil hati. Sebab ada peluang untuk mendukung perguruan tinggi menggelar workshop penulisan sendiri. 

Peluang ini diberikan oleh Penerbit Deepublish Jakarta yang hadir lebih dekat, cepat, dan tepat untuk memenuhi kebutuhan penulis di Jakarta dan sekitarnya. Dibuka program bertajuk Kerja Sama Institusi yang membantu perguruan tinggi menggelar workshop penulisan dengan dukungan penuh dari penerbit.  

Lewat program ini, perguruan tinggi bisa menggelar workshop penulisan buku monograf sesuai kebutuhan para dosen yang dinaungi. Sehingga bisa meningkatkan produktivitas mereka dalam menerbitkan buku dan memaksimalkan skor akreditasi kampus. 

Kolaborasi yang terjalin juga memberi kesempatan bagi dosen di perguruan tinggi tersebut menjadi konsumen prioritas di Penerbit Deepublish. Sehingga mendapat layanan yang cepat dan profesional untuk semua jenis layanan yang disediakan. Mulai dari penerbitan, percetakan, pengurusan HAKI, konversi KTI, dan lain sebagainya. 

Bagaimana cara menjalin kerja sama dengan Penerbit Deepublish Jakarta? Caranya cukup mudah, Anda cukup mengajukan usulan kerja sama melalui tautan Kerja Sama Workshop Deepublish Jakarta.

Namun, agar proses pengajuan bisa lebih cepat, Anda bisa berkunjung langsung ke kantor Deepublish Jakarta di The Manhattan Square, Jl. TB Simatupang Tower B, Lantai 15 No.B-15, RT.3/RW.3, Cilandak Tim., Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Pastikan untuk membuat janji temu H-1 sebelum kunjungan.

Jadi, tunggu apa lagi? Segera ajukan kerja sama dengan Penerbit Deepublish Jakarta untuk tingkatkan akreditasi perguruan tinggi Anda!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *